Namun sepertinya penggemar harus lebih mendengarkan Fabio Capello. Pelatih legendaris tersebut justru memuji pilihan taktik Conte sebagai sesuatu yang cerdas. Tampilan terbaru saat melawan Atalanta jelas memperlihatkan hal tersebut. Ugly win kata orang-orang. Namun bagi Conte, tiga poin lewat satu-satunya tembakan tepat sasaran melawan tim paling menghibur di Italia, lebih terasa sebagai beautiful win.
Patut diingat, strategi bermain agresif telah dicoba di awal musim dengan hasil yang tidak memuaskan. Sedangkan opsi bermain lebih dalam dan serangan balik justru menghantarkan Inter ke puncak klasemen. Ah, bermain 'bagus' tentu menjadi opini subjektif, tergantung selera orang. Sedangkan tiga poin sebagai bukti keunggulan, telah menjadi kesepakatan berjamaah. Siapa peduli dengan anggapan sepakbola negatif, selama berbuah kemenangan?
Sir Alex Ferguson pernah berujar, bahwa lini serang yang hebat akan memenangkan pertandingan. Sedang lini belakang yang mumpuni akan memenangkan kompetisi. Defense first, begitu mungkin prinsip terkini Conte. Sebelas dua belas dengan prinsip tradisional Italia, catenaccio.
**
Musim masih panjang. Tersisa 12 pertandingan lagi. Kritik bisa jadi pantas dilayangkan atas kegagalan Inter di Liga Champion dan Coppa Italia. Namun kemampuan Conte untuk melakukan penyesuaian taktik serta mengintegrasikan pemain pada taktiknya tersebut patut pula diapresiasi. Sebagaimana mengapresiasi posisi puncak.
Mungkin sedikit berlebihan bila memandang Conte benar-benar menganggap serius sumpah serapah netizen di media sosial. Jangan-jangan beliau sendiri tak pernah lihat twitter? Hehe. Namun setidaknya hasil yang digapai tim saat ini menjadi bukti bahwa kinerja Conte telah menjadi counter attack atas kritikan-kritikan netizen pengusung tagar #conteout.
Curup
09.03.2021
Muksal Mina Putra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H