6.   Dan lain-lain.
Nampaklah bahwa sebagian besar ummat Islam di atas dunia pada zaman sekarang adalah penganut dan pendukung faham Ahlu sunnah wal jama'ah.
B. Dokrin-Dokrin Teologi Al-Asy'ari.
Formulasi pemikiran Al-Asy'ari, secara esensial, menampilkan sebuah upaya sistesis antara formulasi ortodoks ekstrim di satu sisi dan Mu'tazilah di sisi lain. Dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas menampakkan sifat yang reaksionis terhadap mu'tazilah, sebuah reaksi yang tidak dapat dihindari corak pemikiran sistensis ini, menurut Watt, barangkali di pengaruhi oleh teologi kullabiah (teologo sunny yang di peloporo ibn kullab).
Pemikiran-pemikiran Al-Asy'ari yang terpenting adalah berikut ini :
1.   Tuhan dan Sifatnya.
Perbedaan pendapat di kalangan mutakallimin mengenai sifat-sifat Allah atak dapat dihindarkan walaupun mereka setuju bahwa mengesakan Allah adalah wajib. Al-Asy'ari di hadapkan dua pandangan ekstrim. Di satu pihak ia berhadapan dengan kelompok mujasimah dan kelompok musyabbihah yang berpendapat bahwa sifat-sifat Allah tidak lain esensinya. Adapun tangan , kaki, telinga Allah atau Arsy atau kursi tidak boleh diartikan secara arfiah, melainkan secara simbolis (berbeda dengan kelompok sifatiah). Selanjutnya, Al-as'ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat di bandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. Sifat Allah berbeda dengan Allah sendiri, tetapi-sejauh dengan menyangkut realitasnya (hagigah) tidak terpisah dari esensinya. Dengan demikian, tidak berbeda dengan-Nya.
2.   Pelaku Dosa Besar
Terhadap dosa besar, agaknya Al-Asy'ari, sebagai wakil ahl As-Sunnah, tidak mengafirkan orang-orang sujud ke Baitullah (ahl Al-Qiblah) walaupun malakukan dosa besar, seperti bercina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi jika dosa besarnya di lakukannya dengan anggapan bahwa hal ini di bolehkan (halal) dan tidak menyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.
Adapun balasan di akhirat kelak pelaku dosa besar apabila ia meninggalkan dan tidak dapat bertaubat, maka menurut Al-asy'ari, hal itu bergantung pada kebijakan tuhan yang maha berkehendak Mutlak. Tuhan dapat saja mengampuni dosanya atau pelaku dosa itu mendapat syafaat nabi Saw, sehingga terlepas dari siksaan neraka sesuai dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di neraka seperti orang-orang kafir lainnya. Stelah penyiksaan terhadap dirinya selesai, dia akan di maksudkan kedalam surga.
3.   Iman dan Kufur