Permintaannya pun terkabulkan. Sekarang Ia pun sangat puas. Sekarang ia dengan mudah memperoleh makanan tanpa menggerakan kakinya. Sehari-hari ia hanya beristirahat di bawah pohon kurma.
Seiring waktu Unta ini berlahan berubah menjadi pemalas dan cenderung apatis. Dia tidak seperti dahulu lagi, malas bergerak dan tidak juga suka menolong teman-temannya sesama hewan lagi. Yang sangat membutuhkan bantuannya.
Di suatu ketika, badai topan tornado pun melanda padang tandus tempat tinggalnya. Unta sangat panik dan ketakutan, menyalamatkan diri mencari tempat berlindung.
Dengan sangat sulit iapun menemukan sebuah gua. Gua yang amat  sempit untuk ukuran badannya. Ia hanya dapat merundukan lehernya ke dalam gua.
Ternyata gua itu adalah rumah gerombolan Serigala. Melihat leher yang panjang, mereka kegirangan "makanan kita sudah datang, mari kita pesta. Lalu, Serigala lapar ini pun mencabik-cabik leher sang Unta.
Unta mengerang kesakitan. Sebenarnya aku tidak perlu minta leher yang panjang ini. Leher yang sebenarnya dapat aku pakai untuk berbuat banyak bagi diriku dan orang lain. Tetapi justru membuatku berubah dan enggan menolong orang lain. Keluh unta.
Hubungannya dengan Kasus Sambo
Melansir berbagai sumber atas kesuksesan karir Sambo yang terbilang bagus. Disamping anaknya seorang polri, Sambo juga pernah mendampuk posisi strategis dalam polri.Â
Seperti kapolres Brebes, Purbalingga dan beberapa posisi stategis. Bahkan mampu menyalip mantan atasannya. Yang kala itu ia berposisi wakilnya.Â
Selain itu ia pun berhasil mengungkap beberapa kasus besar tanah air. Pengeboman, Kopi Sianida, Kasus joko Chandra hingga insiden kebakaran kantor kejaksaan.Â
Terlepas apakah prestasi itu yang berhasil mengantarkan karirnya, atau karena ada hubungan kedekatan dengan orang-oranh besar, ya entahlah.