Pertama. Seabrek permasalahan dan persoalan serius yang sedang terjadi. Seperti kasus minyak goreng, kebutuhan pokok yang merangkak naik, dan tantangan dari efect ekonomi dunia yang tidak kondusif.
Kedua. Tes kemampuan. Uji kecakapan dalam membuat kebijakan dan keputusan dalam bertindak. Menjawab realita permasalahan dan persoalan di lapangan. Tantangan ekonomi yang riskan menimbulkan gejolak sosial di masyarakat.
Ketiga. Citra diri dan marwah parpol mesti dipertaruhkan. Karena mewakili dari salah satu parpol, buah karya Zulkifli Hasan tentunya bersinggungan citra parpol. Baik buruknya dimata publik. Keberhasilan ataukah kegagalan, simbol partai akan menjadi kesan image.
Momentnya tahun politik saat ini, jelang pemilu raya 2024. Apapun tindakan sang menteri khususnya dari kalangan parpol, akan dinilai dari dua sisi. Bukan.
Publik pun bebas menilai. Terlepas apakah sang menteri memang benar-benar profesional dalam menjalankan tugas, ada motif tertentu, setingan kah, akh sudahlahÂ
Pasti 'ada udang di balik bakwan' dalam politik seringkali berlaku, kiat berpolitrik yang bersifat persuasif, membangun kerangka opini.Â
SEKALI MERENGKUH DAYUNG DUA TIGA PULAU TERLAMPAUI
Sungguh tepat peribahasa ini untuk disematkan kepada para politikus sekarang. Yang mendampuk sebuah posisi prestisius, kursi nomor satu sorotan publik.
Kursi menteri-kah, DPR-kah, Gubenur-kah. Pokoknya kursinya orang penting. Jabatan politik yang syarat dengan ruang lingkup politik praktis.
Menariknya selagi kekuasan masih berada dalam gengaman, bisa dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin, seperti tebar pesona citra diri, bersafari membangun jaringan, mencuri star, dan membentuk opini publik.
Hal ini dapat disimak berita media massa, mengulas prilaku ajaib para politikus. Memanfaatkan waktu ditahun politik saat ini, yang sedang hangat-hangat dalam mempresentasikan kefiguran seseorang.