Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik Imam Al-Ghazali dalam Kisah Sufistik

9 Juli 2022   21:06 Diperbarui: 10 Juli 2022   12:16 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, dibawah pohon rindang ada seorang yang pemuda Alim sedang tertidur lelap, setelah menempuh perjalanan yang jauh untuk mencari arti kearifan hidup.

Dalam lelap tidurnya, antara sadar atau hanya bermimpi Ia bertemu dengan Malaikat. Malaikat menceritakan prihal yang menarik tentang ihwal haji mabrur.

Malaikat berkata, diantara juta umat yang muslim menunaikan ibadah haji, namun hanya ada satu yang berhasil menyandang gelar haji mabrur, sembari menunjukan ciri-ciri sih Anu.

Sang Alim pun terbangun, merasa penasaran dari cerita Malaikat. Terhadap seseorang itu, dengan  ciri-ciri yang telah disebutkan. 

Ia pun bergegas mencari jawaban dari rasa penasaran yang telah mengganjal akan keingitahuannya pada sosok tersebut. Tanpa waktu yang lama ia pun akhirnya berjumpa, orang yang beruntung itu.

Namun betapa kagetnya, bahwa sih Anu yang diceritakan Malaikat. Justru tidak menunaikan/melaksanakan haji pada tahun itu.

Sang Alim pun semakin penasaran, ada apa gerangan yang membuatnya dapat menyandang sebagai predikat haji mabrur seperti yang dikatakan malaikat?

Dalam pikiran yang penuh tanda tanya, "barangkali karena amalan-amalan yang lain sehingga ia berhak mendapatkan pahala yang setara/sama haji mabrur." Gumamnya dalam hati.

Untuk menjawab rasa ingin tahu. Ia pun meminta kerelaan hati kepada sih Anu, untuk diberikan tempat beristirahat dirumahnya. Karena lelah dari perjalanan jauh.

Sebagai dalih tuk menyelidiki ibadah seperti apa yang dilakukan sih Anu. Mengapa dia mendapati status hebat dari Malaikat. 

Tapi, setelah beberapa hari menginap, ia pun tidak menemukan sesuatu hal-hal yang luar biasa. Semua ibadah yang dilakukan ternyata biasa saja, tidak ada yang berbeda, sama dengan ibadah orang pada umumnya.

Ringkas cerita pun, sang Alim menyampaikan sesuatu yang sebenarnya, maksud dari kedatangannya. Sampai meminta izin tuk menginap yakni hanya sekedar mencari jawaban.

Sih Anu pun kaget, dan ia pun menceritakan memang ia pernah berniat haji kala itu. Bermodalkan dari tabungan yang ia simpan bertahun-tahun lamanya. Menyisihkan dikit demi sedikit dari hasil keringatnya. 

Namun, tak kalah uang cukup dan sudah terkumpul untuk pergi berhaji. Ia justru membatalkan niatnya yang selama ini ia idam-idamkan. Mengurungkan keberangkatannya.

Lantaran ia melihat dilingkungan tempat ia tinggal betapa banyak kaum fakir dan miskin yang sedang keadaan bertaruh nyawa antara hidup dan mati, dari kemiskinan dan kelaparan. Yang sangat membutuhkan uluran tangan.

Hatinya tersentuh, lalu ia putuskan uang yang ia kumpulkan tuk berhaji. Ia serahkan kepada fakir-miskin yang membutuhkan bantuan.

Kisah Sufi dari Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali dalam karya Ihya' Ulum al-Din. Terdapat kisah sufistik menarik, yang mengandung pesan moral yang dituju kepada umat muslim.

Dijuluki sebagai Hujjatul al-Islam, Imam Al-Ghazali, mengangkat kisah sufi untuk mengkritik. Salah satu kritik kepada para umat muslim yang sedang ramai menunaikan ibadah haji.

Makna dari predikat haji yang mabrur. Mengajak umat Islam berpikir jernih dan merenung dengan hati yang bersih.

Perjalanan yang suci ke baitullah tidak memberikan perubahan dalam diri setelah kembali. Dan tidak memberikan pengaruh/dampak yang positif pada perbaikan sistem sosial dimasyarakat.

Ibadah haji kehilangan sebuah makna spiritual yang sesungguhnya. Ibadah haji lebih cenderung bersifat simbolik atau ceremonial. Hanya mengejar nilai status atau gelar haji semata.

Seyogyanya, sangat diharapkan dapat menciptakan harmoni di masyarakat menuju lebih baik. Yakni menjadi human being dan moral force, pasca nama haji telah disandang.

Kisah sufistik dari Imam Al-Ghazali ini, memberikan tamparan keras bagi kita umat muslim tentunya, saat ini.

Dimana suara hati mulai pudar dari rasa simpati dan empati. Dan berlomba-lomba tuk mengejar sesuatu demi motif tertentu, Prestise and Privilese.

Kurang peka kepada orang lain dan cenderung memikirkan diri sendiri. Hilangnya rasa peduli jika menyaksikan keadaan sosial yang memprihatinkan.

Kelaparan dan kemiskinan, yang semakin bertambah. Yang membutuhkan uluran tangan. Gerakan pemulihan bersama.

Seandainya, jika ratusan atau ribuan jemaah haji kita berani melakukan seperti dalam kisah sufistik dari Imam Al-Ghazali.

Mungkin, betapa besar kontribusi yang dapat diberikan untuk kondisi yang serba tak menentu saat ini, dampak wabah virus corona, kenaikan barang pokok dan geopolitik dunia yang terganggu.

Dan menjadi sebuah pemahaman, bahwa hakikat kemabruran haji seseorang hanya Allah saja yang lebih mengetahuinya. Meskipun telah melaksanakan haji berulang-ulang kali.

Hal ini menjadi cermin, kemabruran haji bisa saja terlihat dari tindak tanduknya. Bukan. Nah, jangan sampai gelar haji tidak sejalan dengan perilaku hidup sehari-hari, jauh api dari panggang.

Apatah karena gelar haji, didapati dari hasil uang yabg haram, hanya demi pencitraan, atau hanya untuk dipandang  prestisius dimata orang, ya entah lah?

Salam

#review dari menyimak dari khutbah Jum'at

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun