Tapi, setelah beberapa hari menginap, ia pun tidak menemukan sesuatu hal-hal yang luar biasa. Semua ibadah yang dilakukan ternyata biasa saja, tidak ada yang berbeda, sama dengan ibadah orang pada umumnya.
Ringkas cerita pun, sang Alim menyampaikan sesuatu yang sebenarnya, maksud dari kedatangannya. Sampai meminta izin tuk menginap yakni hanya sekedar mencari jawaban.
Sih Anu pun kaget, dan ia pun menceritakan memang ia pernah berniat haji kala itu. Bermodalkan dari tabungan yang ia simpan bertahun-tahun lamanya. Menyisihkan dikit demi sedikit dari hasil keringatnya.Â
Namun, tak kalah uang cukup dan sudah terkumpul untuk pergi berhaji. Ia justru membatalkan niatnya yang selama ini ia idam-idamkan. Mengurungkan keberangkatannya.
Lantaran ia melihat dilingkungan tempat ia tinggal betapa banyak kaum fakir dan miskin yang sedang keadaan bertaruh nyawa antara hidup dan mati, dari kemiskinan dan kelaparan. Yang sangat membutuhkan uluran tangan.
Hatinya tersentuh, lalu ia putuskan uang yang ia kumpulkan tuk berhaji. Ia serahkan kepada fakir-miskin yang membutuhkan bantuan.
Kisah Sufi dari Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali dalam karya Ihya' Ulum al-Din. Terdapat kisah sufistik menarik, yang mengandung pesan moral yang dituju kepada umat muslim.
Dijuluki sebagai Hujjatul al-Islam, Imam Al-Ghazali, mengangkat kisah sufi untuk mengkritik. Salah satu kritik kepada para umat muslim yang sedang ramai menunaikan ibadah haji.
Makna dari predikat haji yang mabrur. Mengajak umat Islam berpikir jernih dan merenung dengan hati yang bersih.
Perjalanan yang suci ke baitullah tidak memberikan perubahan dalam diri setelah kembali. Dan tidak memberikan pengaruh/dampak yang positif pada perbaikan sistem sosial dimasyarakat.