Disertai sikap parpol yang terkesan bersikap membiarkan kader potensialnya seakan tidak diberi kesempatan maju, namun justru memberikan angin restu pada sosok putri sang ketua.Â
Publik geram. Sosok yang diharapkan seperti dibully, ditekan dalam posisi yang membingungkan. Kala partai yang lain pada riuh saling bakusapa. Kandang sendiri dibiarkan bakuhantam, pergesekan antara sang Ketua DPR dengan Gubenur Jawa Tengah.
Sang empunya partai belum mengariskan keputusan bakal calon yang akan diusung. Masih bersifat tanda tanya bagi umum, siapakah bakal yang akan ia dukung nanti? Entahlah.
Menariknya, parpol besar ini bermain cantik seperti cerita pada drama kolosal 'Thugs Of Hindostan', Â dimana penonton dibuat bertanya-tanya, menebak-nebak alur cerita.
Skema naskah cerita jadi semakin apik jika memiliki kejutan yang tidak terduga bagi penonton, plot cerita dibuat seapik mungkin membuat rasa penasaran akan jalan cerita. Geram plus kesal tentunya.
Tanpa disangka-sangka, tokoh antagonis dan protagonis bisa berangkulan. Bahkan sosok yang antagonis, memang peran. Dibuat seperti jahat, protagonis dibuat teraniaya sebisa mungkin.
Dan endingnya sang protogonis dan antagonis adalah satu keluarga yang memiliki tujuan menang dari para musuh. Dalam mengalahkan mereka, perlu adanya skenario yang tidak bisa ditebak orang diluar kandang, bahkan dalam kandang sendiri.
Siapakah aktor, sutradara, produser, dan editornya.
Yang mampu membuat penonton terkesima, marah-marah, dan sebagainya. Bagus banget filmnya, alurnya hebat, endingnya dahsyat.
Seperti inilah gambaran politik menurut penulis, yang sedang dilakukan oleh partai Banteng, PDI Perjuangan. Memperagakan skenario bermain cantik.
Dengan pemainya, Megawati, Jokowi, Ganjar Pranonowo, Puan Maharani dan para elit tertentu bermain. King Maker, Making Maker, Play Maker yang sedang bermain peran.Â