Karena tidak mungkin semua pekerjaan bisa dikerjakan sendiri oleh pemimpin, maka disinilah peran serta mereka yakni bawahannya, yang dituntut untuk bekerja membantu sang pemimpin. Mewujudkan visi atasannya.
Bahkan banyak persoalan yang timbul bisa saja karena ulah bawahannya. Yang tidak tanggap dan peka pada persoalan yang terjadi, misalnya. Baik yang disengaja atau kealpaan belaka.
Oleh karena itu, sebagai bawahan mitra kerja dalam tanda petik yang dipimpin juga mesti jadi sorotan bukan. Jangan sampai jadi batu sandungan yang menghambat sang pemimpin untuk berjalan semestinya.
Maka dari itu sikap pemimpin dalam hal seperti ini, sungguh tepat istilah gerbong kereta api rusak. Yang menghambat perjalanan kereta api melaju pada tujuan perlu disikapi dengan tindakan tegas.
Sikap serta tindakan pemimpin diharapkan, yakni berupaya memperbaiki gerbong kereta api yang rusak itu, agar bisa baik kembali jalannya. Itupun jika bisa atau mau diperbaiki lho, kalau tidak ya entahlah?
Atau dengan mengganti gerbong rusak tersebut dengan gerbong  yang baru, atau dibuang/dicampakan sama sekali daripada menjadi beban masalah dikemudian hari.
Ikan Kepala Busuk
Istilah kata ikan kepala busuk terdengar seorang kapolri. Dan juga dari tweet dari sang menteri pertahanan sekarang. Yang dulu dalam cuitannya mengutip pribahasa dari Cina, Ikan busuk dari kepalanya.
Sepemahaman awamologinya penulis, kebusukan setiap apapun itu, selalu berawal dari kepalanya. Sehingga badan hingga ekor pun menjadi busuk berbau jua.Â
Busuknya hilir karena hulunya memang telah busuk kan. Sehingga merembet kemana-mana sampai dengan ujung-ujungnya menjadi busuk pula, mungkin lebih parah dapat baunya.