Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikan Kepala Busuk, Gerbong Kereta Api Rusak dalam Istilah Kata Pemimpin

8 April 2022   20:15 Diperbarui: 9 April 2022   13:34 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: rei.or.id

.

Gerbong Kereta Api Rusak

Ilustrated by: www.cnnindonesia.com
Ilustrated by: www.cnnindonesia.com

Istilah gerbong kereta api dalam konteks organisasi dan pemerintahan, perumpamaan yang relevan bila merujuk pada tata kerja pemerintahan dan juga pengorganisasian. 

Yakni bagian dari struktur organisasi. Jenjang tingkatan apalah itu, yang berada pada posisi bak hirarki sebagai pelaksana, pengelolah, pengemban amanah, sekaligus pekerja yang bertanggungjawab dalam amanat yang diemban.

Tampuk tertinggi ini yang disebut dengan pemimpin adalah sosok panutan dan teladan bagi anak buah dan juga para bawahannya. Bahasa politisnya yang dipimpinnya.

Sebagai juru kemudi (nakhoda) kapal, kemana gerangan arah mata angin yang ingin dituju, baik buruknya saat berlabuh tergantung sang nakhoda yang pandai mengemudi.

Meskipun badai berkecamuk yang menghantam kapal. Awak kapal pada oleng, kapal bocor, layar tak berkembang, sang nakhoda sigap dan siap selalu bertindak cepat, tepat, dan akurat.

Untuk itu istilah gerbong kereta api yang rusak sungguh tepat jika merujuk kondisi yang seperti ini. Khususnya plan,goal, and action sang pemimpin.

Tidak bisa tidak, seringkali ditemui dari banyaknya persoalan serius yang terjadi, mungkin saja bukan karena ulah dari pemimpin kita yang salah. Tapi karena awak kapalnya. Meski nyatanya yang selalu jadi dipersalahkan nakhoda juga.

Karena tidak mungkin semua pekerjaan bisa dikerjakan sendiri oleh pemimpin, maka disinilah peran serta mereka yakni bawahannya, yang dituntut untuk bekerja membantu sang pemimpin. Mewujudkan visi atasannya.

Bahkan banyak persoalan yang timbul bisa saja karena ulah bawahannya. Yang tidak tanggap dan peka pada persoalan yang terjadi, misalnya. Baik yang disengaja atau kealpaan belaka.

Oleh karena itu, sebagai bawahan mitra kerja dalam tanda petik yang dipimpin juga mesti jadi sorotan bukan. Jangan sampai jadi batu sandungan yang menghambat sang pemimpin untuk berjalan semestinya.

Maka dari itu sikap pemimpin dalam hal seperti ini, sungguh tepat istilah gerbong kereta api rusak. Yang menghambat perjalanan kereta api melaju pada tujuan perlu disikapi dengan tindakan tegas.

Sikap serta tindakan pemimpin diharapkan, yakni berupaya memperbaiki gerbong kereta api yang rusak itu, agar bisa baik kembali jalannya. Itupun jika bisa atau mau diperbaiki lho, kalau tidak ya entahlah?

Atau dengan mengganti gerbong rusak tersebut dengan gerbong  yang baru, atau dibuang/dicampakan sama sekali daripada menjadi beban masalah dikemudian hari.

Ikan Kepala Busuk

Ilustrated by: kumparan.com
Ilustrated by: kumparan.com

Istilah kata ikan kepala busuk terdengar seorang kapolri. Dan juga dari tweet dari sang menteri pertahanan sekarang. Yang dulu dalam cuitannya mengutip pribahasa dari Cina, Ikan busuk dari kepalanya.

Sepemahaman awamologinya penulis, kebusukan setiap apapun itu, selalu berawal dari kepalanya. Sehingga badan hingga ekor pun menjadi busuk berbau jua. 

Busuknya hilir karena hulunya memang telah busuk kan. Sehingga merembet kemana-mana sampai dengan ujung-ujungnya menjadi busuk pula, mungkin lebih parah dapat baunya.

Nah, sebagai pemimpin dalam hal ini acapkali berkaitan pada segenap anak buahnya. Sebagai bawahan serta merts mengalami mata rantai  kebusukan.Dari busuknya kepala. 

Apalagi jika dari semula memang semua pada busuk, piye? Kepala busuk mempengaruhi anggota tubuh yang lain, atau justru karena badan atau ekor yang busuk justru membuat sih kepala tertular menjadi busuk pula, pemimpin dikelilingi para penjahat. Ya entahlah.

*****

Pemerintah dalam hal ini, sudah pasti menjadi sorotan serius atas upaya mengentaskan seabrek persoalan rakyat yang mencuat dipermukaan. Pasalnya masyarakatlah yang seringkali merasakan kenyataan, pahitnya persoalan yang ada.

Sudah menjadi hukum alam, siapapun orang-orang penting yang berada pada hirarki tertinggi. Kecaman, makian, pujian akan selalu dialamatkan. Dan akan selalu ada barisan pro dan kontra menilai tindakan pemimpin.

Maka dalam dua perumpamaan istilah diatas pantas disematkan dalam dinamika untuk Pemimpin dan yang dipimpin tentunya. Bagi yang mau bertaruh dipemilu 2024 bersiaplah! 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun