Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Menarik dari Konflik Rusia Ukraina

24 Maret 2022   11:08 Diperbarui: 24 Maret 2022   11:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: mediaindonesia.com

Invansi Rusia terhadap Ukraina menuaikan ragam kecaman dunia internasional atas nama kemanusiaan.

Sehingga negara Beruang Merah diharapkan berhenti untuk mengempur Ukraina sesegera mungkin, mengakhiri perperangan dan menempuh jalur diplomasi. 

Bahwa perang Rusia dengan Ukraina jelas timpang adanya, perbedaan segi kekuatan keduanya dianggap sangatlah tidak seimbang. Umpama senjata bambu runcing kala Indonesia melawan para. penjajah dahulu.

Dipahami setiap terjadinya perperangan, dimana pun itu? Kedua pihak sudah tentu memahami kerugian besar yang akan terima baik kerugian bersifat materil maupun bersifat nonmateril. 

Meski ada yang menang perang, kerugian tetap selalu ada. Menang jadi arang kalah jadi debu.

Terlebih bagi rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa pasti selalu menjadi korban dan sasaran senjata-senjata perang yang mematikan.

Maka tak heran setiap adanya perang, kita sepakat untuk menyuarakan suara kemanusiaan, perdamaian. Mengutuk tindakan yang tidak berprikemanusiaan.

Terlepas apakah suku, agama, ras dan antargolongan. Siapapun itu yang menjadi korban, mesti disuarakan.

Konflik Rusia dan Ukraina yang mampu mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi negara-negara di Eropa. Menuakam kecipratan dari situasi panas dingin dari agresi yang dilakukan Rusia.

Perseteruan dua negara ini menciptakan tensi dan sensi geopolitik dunia menjadi terganggu, ancaman perang dunia jilid tiga dan perang dingin episode dua seakan terulang kembali. Yang sungguh dikhawatirkan dunia.

Hal ini diprediksi banyak pengamat ini akan  terjadi jikalau negara Paman Sam beserta sekutu-sekutunya berani mengerahkan militernya ke medan perang berhad-hadapan langsung dengan Rusia. 

Senjata berkekuatan nuklir pun akan keluar dari persimpanan tempat persembunyian, digunakan Amerika dengan Nato dan Rusia tentunya.

Sejauh ini Amerika dan Nato masih belum bertindak kearah perang terbuka, Amerika dan negara-negara Nato masih belum bersikap secara frontal kepada Rusia.

Masih dalam tataran kecam mengecam, bermain dibelakang layar dengan memasok/menyelundupkan senjata ke Ukraina dan menetapkan berbagai sanksi politik dan ekonomi.

Invasi Rusia tidak terlepas dari kekhawatiran Rusia akan stabilitas politik negaranya dari ancaman luar khususnya rongrongan dari negara lain yang ditakutkan menjadi ancaman besar bagi eksistensi Rusia.

Mengulang kembali sejarah keruntuhan kembali, seperti runtunya Uni Soviet 1991 dan kekaisaran TSar masa lalu, gerakan revolusi/separatis dalam internal negara Rusia sendiri karena dukungan dari eksternal.

Pemberitaan ini dapat disimak dari informasi berbagai media mengulas seputar konflik Rusia Ukraina loh. Meliput seputar konflik dua negara yang sedang berseteru, masih berlangsung pertempuran.

Hal ini juga dapat dibaca di kompasiana, aggitan artikel dari para kompasianer yang membahas seputar perperangan Rusia dan Ukraina dengan berbagai sudut pandang penilaian.

Lantas bagaimana khabar kita Indonesia melihat persoalan ini? Khususnya refleksi buat bangsa kita?

Persoalan konflik Rusia dan Ukraina yang besar dampak ditimbulkan baik langsung dan tidak langsung berdampak luas secara universial.

Hal ini memberikan catatan menarik untuk semua negara yang bisa dijadikan pembealajaran dalam mempersiapkan diri berupaya meningkatkan sisi kekuatan.

Pertama, Kekuatan Militer

Ketimpangan sisi kekuatam dalam peperangan Rusia Ukraina sangat jelas terlihat betapa tidak seombangnya kekuatan militer Ukraina dengan Rusia.

Baik dari sisi kuantitas dari jumlah pasukan aktif dan cadangan. Pengalaman berperang dari kemampuan tempur dan kualitas alustita berteknologi canggih Rusia jelas lebih unggul.

Kekuatan militer harus kuat dan hebat agar ditakuti bangsa lain. Menjadi kekuatan yang menakutkan dari Rusia.

Mungkin, inilah mengapa Amerika dan Nato seakan berpikir dua kali bertindak keras pada Rusia. Melihat sisi kekuatan militer Rusia mesti banyak perhitungan taktis.

Begitupun juga terlihat sipat dua wajah Amerika terhadap Korea Utara. Pertimbangan kekuatan militer lawan membuat Amerika seperti melempem. 

Cenderung berbeda sikap jika itu negara lemah yang mampu untuk diintervensi Amerika, seperti konflik sepa jang masa di Timur Tengah misalnya.

Afganistan, Irak, Libya, Suriah merupakam contoh nyata bagaimana sikap keras Amerika dan sekutu bertindak.

Artinya dalam pandangan awamologi, kekuatan militer sebuah keniscayaan setiap negara harus miliki, demi kedaulatan sebuah negara. Untuk diperhitungkan oleh negara-negara lain.

Kedua, Kekuatan Energi

Perperangan Rusia Ukraina dengan dampak luas yang ditimbulkan. Seperti respon Putin terhadap sanksi embargo ekonomi Amerika dan sekutunya, menarik sekali dipetik.

Balasan dari Moscow dengan memberhentikan pasokan energi alam di eropa. Sebagai tanggapan tegas dari intervensi dunia internasional, Amerika dan sekutunya Eropa Barat.

Bisa dibayangkan bagaimana kondisi real Eropa saat ini? Ketika asupan energi terputus dari Rusia. Stabilitas ekonomi, gejala sosial dan politik menjadi terganggu.

Artinya, kekuatan energi sangat penting dipertimbangkan. Disamping nilai ekonomis dan nilai politis. Kekuatan energi menjadi sebuah kekuatan militer yang bisa menekan bukan.

Selain itu ketergantungan energi pada negara lain menjadi kaca pantul setiap negara untuk sesegera mungkin bergerak dalam berinovasi menciptakan solusi alternatif.

Yakni penggalakan energi alam yang bisa diperbaharui, antisipatif dari ketidakpastian situasi geoplitik dunia. Dan ancaman dari habisnya stok ketersedian energi alam ini.

Juga merupakan persiapan untuk digunakan oleh sendiri dan sebagai senjata militer. Toh, senjata berteknologi tanpa energi diapahami tidak akan berjalan.

Ketiga, Kekuatan Pangan

Terganggunya pasokan Gandum dan Jagung dari Ukraina dalam mencukupi kebutuhan pokok di Eropa pasca terjadinya perang. Membuat ketar ketir akan kekurangan pangan mereka.

Berdampak drastis akan ketercukupan pangan. Kelangkaan, harga yang tinggi. Menjadikan situasi dan kondisi semakin runyam dan tak pasti.

Artinya, kekuatan pangan (ketahanan pangan) juga merupakan point penting dipikirkan sebagai perenungan buat kita, khususnya kita Indonesia lho. Untuk berdikari dalam bidang ini, segera mewujudkan kedaulatan pangan.

Yakni lebih maksimal membangun pondasi yang kuat dunia pertanian kita semakin maju lagi. 

Titik fokus berkelanjutan dalam perencanaan pembangunan. Toh relevan sekali dengan kita Indonesia, julukan sebagai negara agraris. Katanya.

Keempat, Kekuatan Persaudaraan dan Kebangsaan

Yang tidak kalah penting, nilai persaudaraan dan kebangsaan tetap terjaga dan dipertahankan.

Sekuat apapun ancaman dari luar, propaganda antek asing  untuk merusak bangsa kita tidak akan pernaha berpengaruh pada kita Indonesia.

Perbedaan buka benih pemicu keretakan, tapi justru benang merah perekat menjadi identitas yang khas bukan. 

Sikap toleransi dalam keberagaman terpatri dalam jiwa kebangsaan kita, NKRI harga mati dalam bingkai Kebhinekaan. Untuk terhindar dari intervensi pihak asing yang berkepentingan untuk mengacaukan kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun