Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Intensifikasi dan Diverifikasi Pertanian, Upaya Peningkatan Hasil Produksi Pertanian

10 April 2021   09:13 Diperbarui: 10 April 2021   09:19 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan kusayang hutanku terancam

Kerusakan lingkungan pada Hutan  yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Pembabatan hutan secara liar dengan dalih ekstenfikasi pertanian. Menjadi ancaman serius bagi ekosistem yang ada.

Merujuk padanan kata Ekstensifikasi adalah upaya yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan hasil dari produksi dengan jalan memperluas atau menambah lahan pertanian untuk memacu peningkatan hasil produksi bagi petani.

Namun dengan Ekstensifikasi tak jarang menimbulkan kerusakan parah pada hutan kita. Ilegal Loging yakni pembabatan hutan untuk memperluaskan lahan oleh petani disebagian daerah berkontribusi besar dalam permasalahan lingkungan.

Intesitas kerusakan dari sumbangsih ekstensifikasi bahkan tidak menjadi solusi tepat dalam meningkatkan hasil produksi, tapi justru menimbulkan dampak persoalan baru yang dirasakan.

Hal ini dapat dilihat disebagian daerah termasuk di daerah penulis, hutan lindung dan hutan TNKS mulai dirambah oleh masyarakat dengan dalih tersebut. Yakni membuka lahan baru bagi mereka dengan cara perambahan hutan.

Maka persentase kerusakan setiap hutan tanah air semakin parah. Baik yang dilalukan oleh petani maupun skala besar dilakukan oleh sebuah perusahaan, dalam memperluaskan lahan perekebunan tertentu. Membuka usaha industri lain, Pertambangan, perluasan pemukiman, perluasan lahan tanpa melihat orientasi kedepan nasib hutan kita indonesia.

Hutan kusayang hutanku terancam

Ada yang menjadi perhatian menarik menurut kacamata awamologiku. Mengapa para petani sudah berani beranjak atau melatarbelakangi mereka merambah hutan untuk dijadikan lahan pertanian. 

Pertama, lebih dikarenakan lahan yang lama tidak produktif lagi. Sehingga hasil panen pun terasa sangat tidak layak lagi. Berbeda hal dengan lahan dari hasil perambahan hutan yang tanahnya cenderung lebih subur. Lahan baru ini lebih produktif dibanding lahan yang lama.

Kedua, banyak para petani tidak mempunyai atau memiliki perkebunan sendiri. Dikarena lahannnya telah dijual kepada orang lain. Hal dapat dilihat bahkan terjadi didaerah kompasianer mungkin. Petani menggarap lahan orang lain yang dulu merupakan kebunnya sendiri.

Terlepas alasan apa dan mengapa mereka menjual? Ada beberapa catatan yang saya amati adalah faktor ekonomi. Menjual karena benar benar mendesak untuk itu. Pendidikan anak bahkan permasalahan sengketa harta warisan, hingga biaya pernikahan dan lain-lain. Bahkan hanya untuk sekedar bernampilan wah.

Termasuk adanya indikator CPNS yang dulu sering terjadi jual beli kursi cpns disetiap daerah, dengan taksiran harga. Siapa punya uang dia bisa menjadi PNS. Maka banyak para orang tua menjual lahan pertanian mereka demi anak menjadi PNS.

Disamping hal ini, berapa banyak lahan pertanian dulu dimiliki para petani, kini menjadi hak milik dari para pejabat daerah. Dibeli para elit daerah, loh.

Maka tak heran jika para petani mulai merambah hutan-hutan disekitar untuk dijadikan lahan pertanian yang baru buat mereka. Menurutku. Meskipun tindakan yang mereka lakukan merupakan kesalahan, melihat sisi dampak perambahan hutan dalam konteks lingkungan, ekosistem alam.

Untuk itu dalam artikel receh kali ini, penulis ingin berbagi pengalaman dari hasil menyimak penyuluhan dari dinas kehutanan yang lalu. Yang penulis simak. 

Yakni merubah pola pertanian, dari ekstensifikasi yang kerap berdampak pada perambahan hutan dengan cara Intensifikasi dan diverifikasi pertanian.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Intensifikasi dan Diverifikasi Pertanian

Mendapati produksi hasil panen yang berlimpah adalah harapan semua petani. Bohong besar apabila petani tidak mempunyai hasrat terhadap hasil produksi yang memuaskan.

Namun upaya untuk mendapati hasil yang memuaskan maka petani dituntut harus bekerja keras dalam mewujudkannya. 

Untuk itu pola ekstensifikasi seperti diatas juga tidak bisa dipastikan sebagai solusi  tepat dalam meningkatkan hasil panen mereka. 

Ada dua hal yang baik buat petani yang harus dicoba, seperti paparan dinas kehutanan yang lalu, yang menyinggung sedikit soal antara pertanian dan marak perambahan hutan secara liar. Dengan menerapkan dua hal ini;

INTENSIFIKASI adalah suatu usaha yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi. 

Umumnya cara yang ditempuh adalah dengan memaksimalkan produktivitas dari semua faktor produksi yang dimiliki.

Memanfaat lahan yang ada semaksimal mungkin. Seperti perawatan. Penggunaan bibit unggul, pupuk, dan penggunaan teknologi. Untuk memacu hasil produksi/hasil panen.

DIVERSIFIKASI  adalah upaya dalam meningkatkan hasil produksi namun dengan cara menambahkan jenis hasil produksi sehingga beraneka ragam.

Mirip dengan pola tumpangsari pada lahan pertanian. Pendek kata tumpangsari merupakan diverifikasi pertanian itu sendiri.

Penutup, keseimbangan ekosistem yang sekarang dengan maraknya perambahan/pembabatan hutan secara liar. Dengan dampak yang ditimbulkan akibat dari kerusakan hutan yang marak terjadi.

Terlepas dari dalih apapun itu, siapapun itu pelakunya. Sudah pasti telah mengetahui sisi akibat dari hukum alam, keseimbangan yang telah terganggu.

Krisis air bersih, udara yang tidak sehat, kebakaran hutan,dan sebagainya merupakan sebuah kenyataan yang ada.

Untuk saudaraku sesama petani, perambahan hutan bukan alternatif yang tepat dalam mendapatkan hasil panen yang maksimal. Namun justru berdampak besar dikemudian hari, buat generasi selanjutnya. Merubah pola dengan intensifikasi dan diverifikasi solusi menarik untuk kita coba.

Buat yang diatas, hal paling sederhana bagi petani mengapa mereka melakukan tidak terlepas dari himpitan ekonomi, keseimbangan pendapatan(hasil panen) dengan kebutuhan yang semakin merangkak naik. Monggo dilirik petani kita pak, kalau niat tuk swasembada, entahlah.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun