Tak jarang menjadi sampah yang bertumpuk dipembuangan, Ironis! Belum ada tempat pemasaran hasil bumi yang membeli, jadi mau dikemanakan. Mencoba bercococktanam mesti berpikir dua kali, dampak kerugian. Dibeli nggak ya, mau dikemanain ni barang, timpal petani. Untuk kasus pemasaran ini mesti dipertimbangkan bapak/ibu pemerintah, tuk membuka kran pemasaran buat kami. Petani.
Disamping dua prihal diatas sejujurnya masih banyak yang ingin penulis lampiaskan dalam tulisan cengeng ini, bentuk harapan bahkan masukan. Akh, sudahlah daripada sibuk menunggu durian pada runtuh. Yups mencoba kreatifitas dilahan pertanian, dengan mencoba cara tumpangsari. Khususnya bagi petani Kopi.
Pekerjaan apapun selalu menuntut kreatifitas setiap individu. Kreatifitas justru mampu melihat peluang kedepan serta mencari alternatif sebagai solusi dari permasalahan. Petani pun tidak luput dituntut harus kreatif dalam ini. Dan tidak berlarut dalam permasalahan diatas dengan membuat terobosan-terobosan bersifat inovatif.Â
Karena mayoritas daerah tempat tinggal penulis saya adalah petani Kopi. Maka terobosan yang inovatif selain dari menerapkan sambung Kopi dan kombinasi dengan usah lain,beternak atau membuka lahan sayuran. Mencoba pola tumpangsari dilahan kopi, bisa dong dilakukan. Dengan bercocoktanam jenis tumbuhan Merica/Sahang, Cabe Rawit, Pisang, Jahe dan jenis sayuran lainnya.Â
Mungkin disebagian daerah telah banyak dan telah lama melakukan/menerapkan tumpangsari dilahan Kopi. Maka, bagi petani yang yang belum mencoba. Petani Kopi, Yuk Tumpangsari dilahan Kita. Untuk menambah uang penghasilan.
Pendek kata, kombinasi tanaman musiman (tahunan), Bulanan, Mingguan. Alternatif lumayan mengembirakan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H