Keluh Kesah Menjadi Petani
Bekerja apapun pada dasarnya kembali kepada orang yang bersangkutan yang melakukan pekerjaan. Jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik dan memuaskan maka individu itu sendiri yang mesti menciptakannya. Mustahil, ingin mendapatkan hasil yang baik tanpa individu itu mau untuk melakukannya.
Orang lain mungkin hanya pada tataran eksternal yakni sebagai pendorong buat orang berani berspekulasi. Pendek kata sebagai stimulus dalam menggugah rasa pada internal individu itu sendiri. Seperti tempat meminta pendapat dan bertanya apa yang tidak diketahui.
Dalam dunia pertanian yang kanal dengan bercocok tanam juga tidak menapikan keadaan ini, yakni perlu mendapati stimulus/pendapat dari orang lain. Namun kembali kepada bersangkutan untuk mengeksekusi dari masukan orang lain tersebut. Sharing dengan petani lain, sumbangsih ide kreatif dunia tani. sehingga memberikan kontribusi positif, saling berbagi informasi yang bermanfaat.
Karena bekerja menjadi petani adalah sebuah pilihan, maka kesiapan menerima konsekuensi atau resiko bertani mesti dihadapi dan diantisipasi. Hal ini didasari bahwa menjadi petani selalu dihadapkan dua hal yang lazim terjadi, untung atau rugi. Permasalahan yang kerap melanda bagi petani, semoga decision maker melirik dong nasib para petani.
Adapun  yang rentan menjadi permasalah paling utama yang sering petani hadapi antara lain;
Kepastian Harga
Fluktuasi harga yang tidak menentu terkadang membuat kerugian besar dari hasil panen yang dialami oleh petani. Sehingga biaya besar dalam pengelolahan lahan pertanian, tidak seimbang dengan jerih payah yang dilakukan. Baik secara materil maupun non materil.  Petani disetiap daerah sering mengalami hal ini, pokoknya gigit jari pasca panen.
Harga cabe turun, tomat murah, dan hasil pertanian lain diluar kewajaran. Membuat miris dan menangis bagi petani. Dengan ketidakseimbangan anatara harga dengan pengorbanan, harga dengan kebutuhan hidup yang selalu naik.Â
Seperti adanya aksi petani dibeberapa daerah yang melakukan aksi buang tomat dijalanan, unjuk rasa ke pemerintah daerah. Berita mengharukan. karena diinisiasikan kepastian harga yang tak pro petani, loh.
Pemasaran
Barang berlimpah namun tempat memasarkan hasil panen yang tidak menentu/kurang bersahabat. Adapun tempat yang membeli hasil pertanian kebanyakan dilakukan para calo/toke, dengan tawaran yang kurang berpihak pada petani. Ya mau gimana, mau atau tidak mau daripada hasil pada sia-sia menjadi percuma terpaksa deh harus dijual. akhirnya, menelan kerugian.Â