Diakhir surat Arsil berharap pada Ayahnya.
Harapan ananda kepada Ayah cuma satu yaitu hati-hatilah Ayah dalam menjaga diri karena disaat genting seperti sekarang, ada juga tenaga-tenaga liar yang tidak bertanggung jawab dan tidak terikat oleh disiplin, yang memandang jiwa manusia lebih murah dari jiwa ayam.
Anak Ayah,
Arsil
Khutbah Jum'at menyadarkan Tuan Sharif
Khatib berkhutbah,
"Puasa akan datang, terimalah bulan yang mulia ini dengan penuh iman. Dari waktu sahur, kita tahan menderita lapar dan haus, lelah dan payah. Maka tahanlah lapar dan haus, lelah dan dahaga itu. Sabarlah menunggu beduk berbunyi. Beduk pasti berbunyi apabila waktunya telah tiba. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menahan terbenam matahari.
Setelah terbenam matahari di ufuk barat, beduk pun pasti berbunyi. Ada orang yang tidak tahan menunggu beduk berbunyi, katanya terlalunlapar. Hari sudah pukul enam kurang sepuluh, tanda matahari akan tenggelam telah tampak, cahaya merah telah ada di barat.
Lantaran tidak tahan, dibatalkan saja puasanya. Diminumnya seteguk air untuk menghilangkan dahaga. Lepaslah puasanya dan batallah amalannya, percuma haus-laparnya dan bangun bersiap hendak makan sahur sejak pertengahan malam. Bagaimanakah perasaan orang itu setelah orang lain berbuka puasa di waktu yang tepat dengan gembiranya. Walaupun dia turut makan pula?"
Itulah rangkaian kalimat khatib menerangkan hikmah puasa. Kalimat yang sangat menyentuh hati Tuan Sharif secara tak langsung. Ia merasa dirinya bersalah yang merasa bahwa dirinya orang yang tidak sabar menunggu beduk berbunyi.
Salam