Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Theomorfis dalam Sajak Sufistik Fariddudin Ath-Thar

18 April 2019   09:31 Diperbarui: 18 April 2019   09:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by; Mozaik.inilah.com

Dalam bukunya Asrarriname (Buku Segenap Rahasia),'Aththar tidak mengikuti gaya familiarnya berupa "berbagai kisah dalam sebuah kisah".Buku ini hanyalah sekumpulan kisah-kisah ringkas yang disuguhkan untuk meningkatkan keadaan spiritual/moral sang pembaca.

Mushibatnama (Buku Musibah) karya  'Aththar didasarkan pada kisah seorang musafir yang mencari-cari Tuhan.Ia mencoba mencari berbagai jalan dari makhluk tak sempurna yang tersesat sendiri dan memerlukan bimbingan. Dalam buku ini,pesan 'Aththar adalah bahwa dunia tanpa Tuhan adalah dunia yang sepi, sarat dan penuh dengan penderitaan,dan bahwa jalan menuju Tuhan ada didalamnya.

Manthiq ath-Thair  adalah salah satu karya paling penting dalam literitur sufi, yang menjadi inspirasi bagi sebagian besar syekh sufi. Buku ini berisi kumpulan fable, kisah jenaka,dan berbagai kisah dalam sebuah kisah,yang semuanya membentuk kisah tunggal tentang pencarian spiritual,yang dipimpin oleh Burung Hud-Hud,yang melambangkan guru atau pembimbing spiritual,

Manthiq at-Thair maha karyanya.

"Wahai Attar bejana wewangian rahasia telah kau tumpahkan isinya. Cakrawala dunia dipenuhi wangianmu dan para pecintapun terusik karena engkau. Puisimu itulah gelarmu, mereka akan mengenalmu sebagai Manthiq at-Thair dan Maqamat at-Thair. Keduanya adalah percakapan, pembicaraan sebagai tahapan di jalan kebenaran, atau katakan sebagai Diwan kemabukan."

Akhirnya si burung merak menyatakan kepada burung-burung itu bahwa mereka harus melalui tujuh lembah dalam pencarian itu. Pertama, Lembah Pencarian, tempat segala marabahaya akan mengancam dan perjalanan suci ini harus melepaskan keinginan keinginan. Kemudian Lembah Cinta, wilayah tak terbatas, tempat sang Pencari sepenuhnya dilanda rasa rindu kepada Sang Kekasih. Setelah Lembah Cinta adalah Lembah Pengetahuan Intuitif, di sini hati menerima secara langsung pencerahan dari Kebenaran dan suatu pengalaman "bertemu" Tuhan. Kemudian di Lembah Pemisahan, sang musafir akan terbebaskan dari segala hasrat dan ketergantungan. 

Dalam percakapan burung merak terhadap burung bulbul, Aththar mengungkapkan ketiadagunaan puncak kegembiraan (ekstase), mistikus yang hanya menuruti percintaan itu sendiri, yang melarutkan diri mereka dalam kerinduan, yang memperturuti pengalaman ekstatik dan tidak menyentuh kehidupan manusia.

Burung bulbul yang penuh gairah itu dengan tidak tahan lagi maju ke depan. Dalam setiap siulannya yang sangat bervariasi, ia menyuarakan suatu misteri makna yang berbeda-beda. Ia mengungkapkan misteri-misteri dengan sangat mengesankan sehingga semua burung lainnya terpaku. 

Burung merak berseru,"Hai... orang yang tertinggal, yang hanya sibuk mengurusi hal-ihwal! Tinggalkanlah kesenangan yang menggiurkan itu! Mencintai Mawar hanya akan menyusahkan hatimu. Betapapun indahnya bunga Mawar, keindahannya akan lenyap dalam beberapa hari. Mencintai sesuatu yang mudah layu hanya akan menyebabkan perubahan hati Manusia sempurna. Bila senyuman bunga Mawar telah membangkitkan gairahmu, itu hanya akan menawanmu dalam kesedihan tiada henti. Dialah yang menertawakanmu di setiap musim semi sementara ia tidak merasa sedih, tinggalkanlah bunga Mawar dan warna merahnya (yang menggairahkan) itu!"

ilustrated by; gusblerogarden.wordpress.com
ilustrated by; gusblerogarden.wordpress.com

Dalam mengulas bagian ini, seorang guru Sufi mencatat bahwa Ath-Thar tidak hanya menyinggung orang yang berpuas diri pada pencapaian ekstase tanpa melanjutkan tahap mistis berikutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun