Ath-Thar yang berarti "ahli kimia" atau "tukang minyak wangi"-mengacu pada kenyataan bahwa ia mengelola sebuah apotek di kota kelahirannya. Ayahnya mewariskan sebuah rumah obat, karena itu nama keluarganya sesuai dengan gaya Sufi adalah Ath-Thar Sang Kimiawan.
Ath-Thar menutup bisnisnya dan meninggalkan kedainya. Dan menjadi murid Syekh Buknuddin yang terkenal dalam mulai mempelajari sistem pemikiran sufi. Mengembara selama 40 tahun ke berbagai negeri dan belajar di pemukiman-pemukiman para syekh.
Setelah itu Ath-Thar kembali ke Nisapur, di mana ia melewatkan sisa hidupnya. Konon ia memiliki pengertian yang lebih dalam tentang alam pikiran sufi dibandingkan dengan siapa pun di zamannya. Ia menulis sekitar 200.000 sajak, 114 buku, termasuk masterpiece-nya, Musyawarah Burung.Â
Semasa hidupnya, selain menulis Musyawarah Burung, ia juga menulis prosa yang tak kurang tenarnya; Kenang-Kenangan Para Sufi dan Buku Bijak Bestari. Musyawarah Burung yang ditulis dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum sufi.
Kendati Ath-Thar merupakan salah seorang guru sufi besar dalam literatur klasik, dan pengilham Rumi, dongeng dan ajaran-ajaran guru-guru Sufi dalam karyanya Kenang-Kenangan Para Sufi, harus menunggu hampir tujuh setengah abad untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
Ath-Thar hidup sebelum Jalaluddin Rumi.Ketika ditanya siapa yang lebih pandai di antara keduanya itu, seorang menjawab, "Rumi membubung ke puncak kesempurnaan bagai rajawali dalam sekejap mata. Ath-Thar mencapai tempat itu juga dengan merayap seperti semut. Padahal Rumi sendiri berkata, "Ath-Thar ialah jiwa itu sendiri."
Ajaran-ajaran Ath-Thar banyak disertai gambaran-gambaran biografi, fabel, pepatah dan apologi, yang tidak hanya mengandung ajaran moral tetapi kiasan-kiasan yang menggambarkan tentang tahap-tahap khusus perkembangan manusia.
Ath-Thar dikabarkan wafat di tangan tentara Jengis Khan, setelah membubarkan murid-muridnya dengan mengirim mereka ke tempat-tempat aman. Ketika memprediksi invasi Mongol pada abad ke-13. Ia diperkirakan meninggal dunia sekitar tahun 1230, dalam usia 110 tahun.
Karya-karya Fariduddin 'Ath-Thar
Sebagian besar karya-karya 'Aththar telah hilang selama berabad-abad. Dewasa ini,yang masih ada hanya tiga puluh karya saja. Semuanya berbentuk syair, kecuali kitab Tadzkirah al-Awliya' (Kenangan Para Wali).Yang disebut terakhir ini adalah sumber biografi penting yang mengandung informasi tentang para penulis dan penyair yang menulis tentang para Wali Muslim. Karya ini dimulai dengan kisah tentang Ja'far ash-shadiq, Imam keenam kaum Syi'ah dan seorang syekh sufi besar abad -2 H/ke -9 M sesudah Nabi Muhammad saw serta diakhiri dengan biografi al-Hallaj.
Karya 'Aththar lainnya, Ilahiname (Buku Ilahi),adalah paparan tentang enam fakultas yang ada dalam diri manusia:ego, imajinasi, intelek, kehausan akan pengetahuan, kehausan akan keterpisahan, dan kehausan akan kesatuan.