Thea mengerutkan dahi. "Enggak, Pak."Â
Petugas itu hanya tersenyum kecil sambil melanjutkan pekerjaannya, tapi sesekali melirik Thea dengan tatapan penuh arti.Â
Setelah beberapa menit, petugas bertanya lagi, "Coba diingat-ingat, ada yang kurang nggak?"Â
Thea mulai panik. Ia merogoh tasnya, memeriksa satu per satu barang di dalamnya. Ketika menemukan dompetnya tidak ada, ia langsung teringat sesuatu. "Oh iya, Pak, dompet saya!" ucapnya dengan wajah memerah.
Petugas tersenyum sambil menyerahkan dompetnya yang ternyata tertinggal di depan perpustakaan. "Hati-hati lain kali, ya," katanya. Thea hanya bisa tersipu malu, mengucapkan terima kasih, lalu melanjutkan proses pengambilan suratnya.Â
Thea memasukkan surat dan dompetnya ke dalam tas, lalu menyempatkan diri mengucapkan terima kasih kepada petugas perpustakaan sebelum berbalik menuju pintu keluar. Dengan langkah cepat, ia memutuskan untuk langsung pulang ke kos. Namun, di tengah jalan, ponselnya bergetar lagi.Â
Ia berhenti sejenak, merogoh tasnya, lalu mengangkat telepon. "Halo, Ren? Gimana? Dimana? Iya, aku di depan ULT," katanya sambil menatap gedung administratif kampus.Â
Di ujung sana, suara Daren terdengar tegas, "Tunggu di situ, ayok daftar sekarang."Â
Belum sempat Thea membalas, panggilan langsung terputus begitu saja. Ia mendengus kecil, tapi sebelum sempat menyimpan ponselnya, notifikasi lain muncul. Drrtt - sebuah email masuk.Â
Thea membuka pesan itu dengan cepat, dan matanya berbinar saat membaca judulnya: Konfirmasi Pembayaran Berhasil.Â
Senyum mengembang di wajahnya. "Syukurlah! Oke, aku bisa daftar sekarang." Dengan penuh semangat, ia jongkok di depan Gedung ULT, menunggu kedatangan Daren.Â