Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Meugang dalam Masyarakat Aceh, adalah Suatu Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

10 Maret 2024   22:58 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:07 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang tradisi Meugang, harga daging naik. Sumber: KOMPAS.com/RAJAUMAR

Bagi.masayrkat Aceh Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan.Jadi mereka betul- betul menikmati dan merayakan.

Meugang Sebagai Ajang  Bersedekah

Meugang dalam kehidupan masyarakat Aceh adalah suatu media berbagi antara masyarakat yang mampu kepada orang yang tidak.mampu. Hal ini sesuai dengan tuntunan Agama Islam bahwa orang -orang yang mampu secara ekonomi harus memperhatikan orang- orang yang tidak mampu yang berada di sekelilingnya.

Bagi orang -orang yang mampu secara ekonomi mereka memanfaatkan momen ini untuk bersedekah kepada yang kurang mampu.Apalagi  dalam menyambut bulan suci Ramadhan. 

Mereka sangat memahami tuntunan yang menyatakan bahwa " Apabila menyedekahkan sedikit makanan kepada orang yang berpuasa, maka pahalanya sama dengan orang yang melakukan puasa." Sedekah yang diberikan dalam bentuk daging  lembu,  ayam dan bahkan paling sedikit adalah  ikan yang dapat dimanfaatkan oleh orang kurang mampu  dan disantap pada saat sahur.

Meugang dapat Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Ada sejumlah keberkahan yang didapat oleh para peternak lembu, kerbau, dan para pedagang ikan lainnya pada hari Meugang menjelang Ramadhan. Pada hari itu para  peternak lembu dan kerbau atau tengkulak mengeluarkan sejumlah piaraannya  untuk dijual di pasar- pasar binatang. 

Jumlah yang dipasarkan cukup banyak karena seantero Aceh di 23 Kabupaten/. Kota kegiatan ini berlangsung secara serentak.Binatang- binatang tersebut dibeli oleh para tengkulak, kemudian disembelih dan dijual kepada masyarakat.

Intinya dua hari sebelum  Ramadhan setiap persimpangan jalan yang ada di Aceh sudah terlihat orang -orang menggantungkan daging  untuk dijual dalam bentuk kiloan. Hal ini bertambah semarak, karena Meugang ini berlangsung dua hari. 

Walaupun berlangsung dua hari , akan tetapi memiliki nama yang  berbeda. Untuk Meugang hari pertama.masyarak Aceh menyebutkan dengan ( Meugang Ubit) atau meugang kecil.  

Sedangkan hari.kedua itu disebut dengan Meugang Rayeuk ( Menugang Besar ) atau puncaknya Meugang sebelum Ramadhan.
Pada malam hari,  baik Meugang Kecil dan Meugang Besar suasana pasar  dan kampung- kampung tampak semarak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun