Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Melihat Lebih Dekat Keunikan Pemilih di Aceh pada Pemilihan Presiden Tahun 2024

16 Februari 2024   21:12 Diperbarui: 16 Februari 2024   21:36 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syarat - syarat lain adalah calon pemimpin harus dapat membaca  kitab suci Al-Qur'an dan tidak  pernah meninggalkan salat. Apalagi  kalau  mampu mengimami shalat.  

Apabila syarat ini dipenuhi  tidak tertutup kemungkinan  dapat meraup suara sebanyak banyaknya . Tentunya hal lain juga diperlukan untuk menjadi seorang presiden dalam pandangan masyarakat Aceh.

Permasalahan di atas tidak mengkerdilkan calon presiden dan wakil presiden di mata masyarakat Aceh. Konsepnya  dipegang teguh adalah sebagaimana teguh nya masyarakat Aceh dalam mengamalkan agama Islam. Seteguh itulah calon pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat.

Pertanyaan lain muncul mengapa pasangan calon ( paslon) ini  dulu meraih suara luar biasa  di Aceh.? Lalu mengapa juga mereka tidak diidolakan lagi saat? Di sinilah keunikan masyarakat Aceh dalam memilih pemimpin. Mereka akan melakukan evaluasi, membandingkan, dan memutuskan siapa yang layak untuk.memimpin negeri ini ke depan. Lagi lagi agama sebagai indikator utama dalam mengambil putusan politik. 

Masyarakat Aceh Bersifat Kosmopolitan

Sebagai masyarakat yang punya sifat heroik tinggi, gemar berperang dan lebih mudah menerima siapa saja. Di Aceh, siapa saja, agama apa saja asal sesuai dengan undang -undang bisa hidup berdampingan. Agak berlebihan mungkin kalau penulis menyebutkan bahwa, Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai toleransi tinggi. 

Buktinya semua suku, agama , dan ras bisa hidup berdampingan di sini. Mereka hidup bersama,  mencari reski bersama untuk keluarga masing-masing. Akan tetapi,  masalah keagamaan tidak boleh diganggu. Silakan beribadah dengan agama masing- masing tanpa menyudutkan agama lain.

Berkaitan dengan calon presiden dan wakil presiden. Masyarakat Aceh menerima siapa saja asalkan syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan kriteria yang sidah disebutkan pada point sebelumnya. 

Prinsip kosmopolitan adalah mudah menerima siapa saja dalam kehidupan nya. Tak terkecuali untuk calon pemimpin.. Permasalahan suku dan ras tidak menjadi kendala dalam perspektif masyarakat Aceh. Apabila nilai -nilai keagamaan dijunjung tinggi,  maka cukuplah bagi mereka dalam mencari pemimpin ideal. 

Prinsip lebih mudah menerima orang luar sudah diturunkan dari generasi sebelumnya. Hal ini tampak pada sejarah panjang negeri ini dalam memilih calon pemimpin.

Bahkan  banyak raja dari  wilayah lain bisa menjadi raja di negeri ini. Contoh nyata  dapat dilihat adalah 

"Ada satu kerajaan di Aceh yang sekarang dikenal dengan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Dahulu  Kerajaan  ini dikenal "Kerajaan Samalanga "Raja pertama Kerajaan itu adalah orang Pahang dari Malaysia. Di Aceh sering disebut dengan Raja Srilanang "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun