Syarat - syarat lain adalah calon pemimpin harus dapat membaca  kitab suci Al-Qur'an dan tidak  pernah meninggalkan salat. Apalagi  kalau  mampu mengimami shalat. Â
Apabila syarat ini dipenuhi  tidak tertutup kemungkinan  dapat meraup suara sebanyak banyaknya . Tentunya hal lain juga diperlukan untuk menjadi seorang presiden dalam pandangan masyarakat Aceh.
Permasalahan di atas tidak mengkerdilkan calon presiden dan wakil presiden di mata masyarakat Aceh. Konsepnya dipegang teguh adalah sebagaimana teguh nya masyarakat Aceh dalam mengamalkan agama Islam. Seteguh itulah calon pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat.
Pertanyaan lain muncul mengapa pasangan calon ( paslon) ini dulu meraih suara luar biasa di Aceh.? Lalu mengapa juga mereka tidak diidolakan lagi saat? Di sinilah keunikan masyarakat Aceh dalam memilih pemimpin. Mereka akan melakukan evaluasi, membandingkan, dan memutuskan siapa yang layak untuk.memimpin negeri ini ke depan. Lagi lagi agama sebagai indikator utama dalam mengambil putusan politik.Â
Masyarakat Aceh Bersifat Kosmopolitan
Sebagai masyarakat yang punya sifat heroik tinggi, gemar berperang dan lebih mudah menerima siapa saja. Di Aceh, siapa saja, agama apa saja asal sesuai dengan undang -undang bisa hidup berdampingan. Agak berlebihan mungkin kalau penulis menyebutkan bahwa, Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai toleransi tinggi.Â
Buktinya semua suku, agama , dan ras bisa hidup berdampingan di sini. Mereka hidup bersama, mencari reski bersama untuk keluarga masing-masing. Akan tetapi, masalah keagamaan tidak boleh diganggu. Silakan beribadah dengan agama masing- masing tanpa menyudutkan agama lain.
Berkaitan dengan calon presiden dan wakil presiden. Masyarakat Aceh menerima siapa saja asalkan syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan kriteria yang sidah disebutkan pada point sebelumnya.Â
Prinsip kosmopolitan adalah mudah menerima siapa saja dalam kehidupan nya. Tak terkecuali untuk calon pemimpin.. Permasalahan suku dan ras tidak menjadi kendala dalam perspektif masyarakat Aceh. Apabila nilai -nilai keagamaan dijunjung tinggi, maka cukuplah bagi mereka dalam mencari pemimpin ideal.Â
Prinsip lebih mudah menerima orang luar sudah diturunkan dari generasi sebelumnya. Hal ini tampak pada sejarah panjang negeri ini dalam memilih calon pemimpin.
Bahkan  banyak raja dari  wilayah lain bisa menjadi raja di negeri ini. Contoh nyata  dapat dilihat adalahÂ
"Ada satu kerajaan di Aceh yang sekarang dikenal dengan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Dahulu  Kerajaan  ini dikenal "Kerajaan Samalanga "Raja pertama Kerajaan itu adalah orang Pahang dari Malaysia. Di Aceh sering disebut dengan Raja Srilanang "