Sebagai contoh, pasangan No Urut 02. Prabowo - Gibran pernah mengklaim bahwa mereka yang didukung oleh mantan combatan Gerakan Aceh Merdeka ( GAM) akan menang mutlak di Aceh . Akan tetapi, hasil Quick count menyatakan mereka hanya mampu meraih 18,70% suara.Â
Hal ini tentunya mempunyai alasan yang kuat, mereka bersandar pada pemilihan capres cawapres pada Tahun 2019 Pasangan Prabowo - Sandi menang mutlak di Aceh. Sebelumnya Susilo Bambang Yudoyono ( SBY) pada tahun 2009 juga menang mutlak di Aceh akan tetapi tahun selanjutnya mengalami perubahan.
Inilah keunikan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh dalam menentukan pilihan untuk presiden. Pertanyaan apa yang melatarbelakangi keunikan tersebut? Amatan penulis ada beberapa hal yang membuat masyarakat Aceh mempunyai keunikan dalam menentukan pilihan presiden pada setiap lima tahun sekali.Â
Agama Sebagai Referensi dalam Memilih PemimpinÂ
Provinsi Aceh dikenal dengan julukan "Serambi Mekkah". Julukan ini bukan sebagai gagah- gagahan. Akan tetapi ini diberikan karena tingkat keteguhan dalam mengaplikasikan nilai -nilai Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh.Â
Ketaatan masyarakat Aceh dalam memeluk agama Islam hampir sama dengan masyarakat Arab Saudi. Perbedaan yang mencolok dengan negara  Arab Saudi terletak pada sistem pemerintahan saja. Oleh karena itu, pantas dan wajar jika Aceh digelar dengan julukan "Serambi Mekkah"
Jika pembaca pernah berkunjung ke negeri paling ujung sumatera ini atau melewati saja pada saat menuju Nol Kilometer Indonesia melalui jalan darat. Pembaca akan disuguhkan pemandangan- pemandangan yang bernuansa Islam , baik dari pakaian masyarakat, perilaku, dan hukum syariat Islam yang diterapkan. Hal ini kentara sekali dengan provinsi Aceh.
Berkaitan dengan calon pemimpin, baik gubernur maupun presiden, mereka menjadikan agama sebagai indikator utama.. Artinya, setiap pemimpin adalah umara yang akan mempertanggungjawabkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil untuk kemaslahatan umat.Â
Menurut mereka, setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. Oleh karena berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut hidup orang banyak, pemimpin yang dipilih harus kuat agamanya.Â
Hal pertama yang dilihat adalah agama yang dianut oleh setiap calon pemimpin. Kalau berbeda dengan agama mereka berarti syarat utama sudah tidak memenuhi.Â
Selanjutnya, jika mereka berada dalam satu agama yaitu agama Islam,maka akan muncul syarat selanjutnya. Dalam kacamata masyarakat Aceh, pemimpin hampir sama dengan Imam yang memimpin salat. Mereka calon pemimpin harus mampu mempertanggungjawabkan semua kebijakan atas umat atau jamaah di hadapan Allah kelak.