Merujuk pada wawancara yang ada di atas, penulis menduga  ada sejumlah informasi pengetahuan yang dimiliki ole Generasi Z. Informasi- informasi tersebut didapat dari berbagai media ekstrem yang menyuarakan tentang pemilihan umum.Â
Sebenarnya, mereka Generasi Z Â yang sedang mengenyam pendidikan pada tingkat menengah atas dan sudah berusia 17 tahun ke atas masih belum memahami pendidikan politik secara benar. Namun, Â media informasi dan teknologi telah membesarkan mereka dalam memahami poltik.Â
Sebagai pembaca pasti dapat dibayangkan bagaimana pola pikir yang terbentuk apabila mereka  dibesarkan oleh media ekstrem dalam memahami politik.Â
 Minimnya  Pengalaman MemilihÂ
Sebagai Generasi Z yang masih menduduki proses  belajar  pada jenjang menengah atas,  terlibat dalam Pemilihan Umum ( Pemilu) merupakan sebuah pengalaman unik dan menarik. Ada kesan kedewasaan yang meliputi kehidupan mereka.Â
Ketika mereka dihadapkan pada pilihan, mereka dituntut untuk berpikir, melakukan evaluasi, dan perbandingan sebelum hak pilih diputuskan. Adapun hak pilih tersebut yang diambil dengan berbagai pertimbangan dinamakan dengan putusan politik secara individu.Â
Putusan politik yang bersifat individu harus dilandasi dengan pendidikan politik yang mantap.  Pendidikan politik ini dapat membentuk pola pikir  Generasi Z  dalam bersikap terhadap berbagai  hal yang berkaitan dengan politik.Â
Pengalam memilih merupakan sesuatu yang memberikan  kesan tunggal terhadap proses pemilu yang dihadapi oleh Generasi Z.Â
Hal  di atas didapat dari  jawaban  atas pertanyaan  yang penulis ajukan  " Bagaimana sikap Kalian  saat masuk ke ruang bilik suara?  Ada perasaan yang tidak mengenakkan muncul dari jawaban yang diberikan " Ketika saya masuk ke bilik suara, Saya bingung tidak tahu apa yang harus Saya kerjakan"lalu penulis menambahkan pertanyaan ,Â
Adakah arahan selama ini sebelum ikut pemilihan oleh Petugas Pemungutan Suara ( PPS)? " Tidak ada arahan sedikitpun, Saya hanya mengikuti alur yang ada di tempat pemungutan suara, akan tetapi langkah langkah pencoblosan saya ikuti alur pikir sendiri. "Â
Menurutnya yang mereka pahami hanya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, sedangkan untuk calon legislatif mereka tidak memahami sama sekali tentang siapa pilih siapa dan siapa posisi dimana. Hemat penulis hal ini terjadi karen mereka tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan politik serta hak pilih yang digunakan. Seharusnya sebagai Generasi Z yang jumlahnya  lebih dari 50 % suara pemilih nasional sudah siap untuk hal tersebut.Â