Untuk menghadapi hal tersebut agar tidak berlangsung lama di tengah kehidupan demokrasi Indonesia. Negara sebagai pelaksana demokrasi harus hadir dan mengedukasi mereka tentang pendidikan politik dalam berdemokrasi. Apabila dibiarkan mereka besar dengan konsep-konsep tentang pendidikan demokrasi yang ada di media sosial, dikuatirkan nasib demokrasi Indonesia ke depan akan rubuh.
Sikap Positif dalam Memahami tentang Hasil Pemilu
Setiap putusan yang telah diambil selalu menuai kontroversi. Hal ini tidak terkecuali dengan hasil pemungutan suara pemilihan umum yang disampaikan secara meluas. Ini sebuah tantangan dalam memunculkan sikap-sikap positif terhadap putusan yang berkembang secara cepat.
Informasi tentang hasil pemungutan suara baik pemilihan presiden dan calon legislatif dipenuhi dengan berita -berita hoaks. Hampir tidak bisa dibedakan antara berita benar dan hoaks berkaitan dengan hasil perhitungan suara.
Apalagi sejumlah lembaga survei baik yang kredibel atau abal-abal selalu tampil terdepan dalam menyampaikan hasil perhitungan suara melalui Quik count. Lembaga- lembaga tersebut selalu siap menyampaikan hasil pemilihan melalui Quick count.
Semua orang termasuk Generasi Z menjadikan ini sebagai rujukan dalam bersikap. Sebagai generasi Z yang sudah memberikan pilihan untuk pertama sekali perhitungan suara sementara model Quik count dapat mengubah persepsi dan perspektif terhadap hasil pemilihan sebenarnya.
Menurut mereka , dari jawaban yang diberikan pada pertanyaan yang diajukan penulis tentang sikap mereka terhadap keberadaaan Quik count pada saat penyampaian hasil pemungutan suara. Mereka yang sudah memahami teknologi dan informasi dengan tepat hasilnya tidak jauh melesat dari hasil aslinya.
Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil pemilu yang sudah dilakukan selama lima tahun ke belakang. (sambil memberikan beberapa contoh pemilu baik pemilihan Presiden s, Gubernur, Bupati dan Walikota ) yang sudah berlangsung selama lima tahun ke belakang.
Pendidikan Demokrasi Seyogianya Sudah Berlangsung di Lembaga Pendidikan
Sebagai lembaga pendidikan yang punya kuasa dan wewenang dalam memberikan peserta didik tentang pendidikan demokrasi harus mengambil peran terhadap pendidikan demokrasi dan politik . Peran ini dapat direalisasikan melalui berbagai bidang misalnya, pada pemilihan Ketua dan Wakil OSIS yang sudah menjadi rutinitas tahunan pada setiap sekolah.
Melalui kegiatan dan pembelajaran yang membiasakan Generasi Z untuk bersikap positif dalam menghargai hasil pemungutan suara pada berbagai kegiatan demokrasi di sekolah. Kebiasaan - kebiasaan ini akan membentuk suatu pendidikan demokrasi dan politik, ketika peserta didik selesai dari jenjang pendidikan yang diikuti.