Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pendidikan Politik dan Demokrasi pada Generasi Z dalam Menghadapi Hasil Perhitungan Suara pada Pemilu, Perlukah?

15 Februari 2024   16:18 Diperbarui: 15 Februari 2024   16:26 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menghadapi hal tersebut agar tidak berlangsung lama di tengah kehidupan demokrasi Indonesia. Negara sebagai pelaksana demokrasi harus hadir dan mengedukasi mereka tentang pendidikan  politik dalam berdemokrasi. Apabila dibiarkan mereka besar dengan konsep-konsep tentang pendidikan demokrasi yang ada di media sosial,  dikuatirkan nasib demokrasi Indonesia ke depan akan rubuh. 

Sikap Positif dalam Memahami tentang Hasil Pemilu 

Setiap putusan yang telah diambil selalu menuai kontroversi. Hal ini tidak terkecuali  dengan  hasil pemungutan suara pemilihan umum yang disampaikan secara meluas. Ini sebuah tantangan dalam memunculkan sikap-sikap positif  terhadap putusan yang berkembang secara cepat. 

Informasi tentang hasil pemungutan suara baik pemilihan presiden dan calon legislatif dipenuhi dengan berita -berita hoaks. Hampir tidak bisa dibedakan antara berita benar dan hoaks berkaitan dengan hasil perhitungan suara. 

Apalagi sejumlah lembaga survei baik yang kredibel atau abal-abal selalu tampil terdepan dalam menyampaikan hasil perhitungan suara melalui Quik count. Lembaga-  lembaga tersebut selalu  siap menyampaikan hasil pemilihan melalui Quick count. 

Semua orang termasuk Generasi Z menjadikan ini sebagai rujukan  dalam bersikap. Sebagai generasi Z yang sudah memberikan pilihan untuk pertama sekali perhitungan  suara  sementara   model Quik count  dapat mengubah persepsi dan perspektif terhadap hasil pemilihan sebenarnya. 

Menurut mereka , dari jawaban yang diberikan  pada  pertanyaan yang diajukan penulis tentang sikap mereka terhadap keberadaaan  Quik count   pada saat penyampaian hasil pemungutan suara. Mereka yang sudah memahami teknologi dan informasi dengan tepat hasilnya tidak jauh melesat dari hasil aslinya. 

Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil pemilu yang sudah dilakukan selama lima tahun ke belakang. (sambil  memberikan beberapa contoh pemilu baik pemilihan Presiden s, Gubernur, Bupati dan Walikota ) yang sudah berlangsung selama lima tahun ke belakang.

 Pendidikan Demokrasi Seyogianya Sudah Berlangsung di Lembaga Pendidikan 

 Sebagai  lembaga  pendidikan  yang  punya  kuasa dan  wewenang  dalam  memberikan peserta  didik   tentang pendidikan  demokrasi  harus mengambil  peran  terhadap pendidikan  demokrasi dan politik . Peran  ini  dapat direalisasikan  melalui  berbagai  bidang misalnya,  pada  pemilihan  Ketua dan  Wakil  OSIS  yang  sudah  menjadi  rutinitas tahunan pada setiap sekolah.

Melalui  kegiatan  dan  pembelajaran  yang membiasakan  Generasi Z untuk  bersikap positif  dalam  menghargai hasil pemungutan suara  pada  berbagai kegiatan  demokrasi  di  sekolah. Kebiasaan - kebiasaan ini akan membentuk suatu pendidikan demokrasi dan politik, ketika peserta didik selesai dari jenjang pendidikan yang diikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun