Teknik penilaian dan objek yang dinilai tidak bias oleh perasaan guru. Misalnya, pada materi Lompat Jauh siswa diminta harus dapat melompat 2 meter.Â
Ukuran ini dijadikan sebagai indikator utama dalam penilaian. Artinya, jika siswa sanggup melompat dua meter nilai yang didapat 100. Dibawah nilai tersebut akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.Â
Kemudian untuk teori yang diikuti dalam bentuk ujian pada tiap semesteran dibuat tidak begitu rumit dan kaku. Ini tidak sama dengan mata pelajaran lain yang menggunakan format baku.
Dengan kata lain, mata pelajaran olahraga lebih didominasi pada kecerdasan kinestetik bukan pada kecerdasan intelektual. Hal ini telah membuktikan bahwa wajar dan pantas guru olahraga tidak pelit dalam memberikan nilai pada siswa, sehingga mereka dijadikan guru favorit.Â
Lebih Banyak Mengajarkan Praktik Daripada Teori
Dalam kurikulum sudah disebutkan bahwa, setiap mata pelajaran yang memadukan antara teori dengan praktik harus dilakukan seimbang. Ternyata hal ini berbeda dengan mata pelajaran olahraga yang ada di sekolah. Hampir setiap hari dijumpai siswa yang berseragam olahraga sesuai dengan nama sekolah yang dimiliki mereka berada di lapangan.Â
Pemandangan ini sudah lumrah dan menimbulkan kesan tunggal bahwa, setiap pelajaran olahraga siswa harus berada di luar kelas.Â
Ada satu peristiwa aneh yang sering penulis temui saat melaksanakan tugas. Semua siswa yang sudah memakai seragam olahraga tetap berada di lapangan atau halaman sekolah. Dalam konteks ini berarti tidak boleh ada siswa lain di lapangan bergabung dengan siswa yang tidak menggunakan baju olahraga.
 Ketika hal itu terjadi sang guru olahraga cuma meniupkan peluit dalam hitungan panjang. Semua siswa yang berada di lokasi tanpa memakai baju olahraga akan menjauh.
Hal ini membuktikan bahwa ternyata sudah berlangsung secara turun-temurun bahwa setiap mata pelajaran olahraga diajarkan siswa harus berada di lapangan atau halaman sekolah dengan baju olahraga.Â
Hal di atas memberikan bukti bahwa praktik pada mata pelajaran olahraga telah mendominasi teori. Seharusnya jika dipikir-pikir secara logis darimana mereka mendapatkan praktik yang tepat jika tidak diimbangi dengan teori yang sesuai? Mungkin ini dapat dijadikan kajian lanjutan bagi dunia pendidikan.Â