Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mesjid Raya Baiturahman Banda Aceh, Antara Destinasi Wisata dan Sejarah

21 Januari 2024   19:01 Diperbarui: 21 Januari 2024   19:04 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Dulu, ketika penulis menginjakkan kaki di Kota Banda Aceh. Penulis berangkat ke kota bersejarah dalam peradaban dunia untuk melanjutkan studi pada kampus yang terkenal sebagai jantung hati masyarakat Aceh.  

Hari kedua berada di kota tersebut, penulis langsung diajak teman dekat yang sudah lama berdomisili di kota tersebut. Menulis teman penulis   bahwa, "Ada sebuah kejanggalan, bila seseorang yang datang dari daerah  ke  Kota Banda Aceh , tidak menyempatkan diri untuk berfoto di depan Mesjid  Raya Baiturrahman"

Apalagi tambahnya, foto tersebut diberikan bingkai dan dipajang di diding. Sebagai bukti bahwa seseorang sudah pernah menampakkan kakinya bahkan sempat beribadah di tempat tersebut.  

Begitulah cerita yang berkembang mengenai kemewahan dan keunikan  gedung religius yang keindahannya menjadi sorotan semua orang sampai ke Asia Tenggara. 

Sebelum teknologi dan informasi maju seperti sekarang ini. Apabila berkunjung ke sana sudah ada  fotografer yang siap sedia menawarkan jasa kepada pengunjung untuk membuat foto kenangan di depan mesjid tersebut.

 Namun sekarang hal itu sudah agak jarang dijumpai. Para pengunjung mengabadikan sendiri kenangan tersebut dengan media yang dimiliki.

Sesuai dengan judul yang sudah dipasakkan pada kepala artikel ini. Penulis tidak sedang mengurai kenangan yang penulis miliki, ketika masih menempuh studi di Ibu Kota provinsi tersebut.

 Sebagai daerah yang dijuluki Serambi Mekah, keberadaan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh merupakan sebuah Ikon yang mendunia. Oleh karena itu,  sangat pantas penulis memberikan judul artikel ini " Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Antara Sejarah dan Destinasi Wisata "

Selayang Pandang tentang Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Masjid ini dibangun pada Tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Baiturrahman_Banda_Aceh diakses 21 Januari 2024.  

Mesjid megah dengan  nilai peradaban dunia ini dibangun pada masa kesultanan Aceh Sultan Iskandar Muda. Pada waktu itu berdasarkan informasi yang berkembang, Mesjid Raya Baiturrahman tersebut  selain berfungsi sebagai tempat peribadatan juga termasuk pusat kajian kegamaan dan ilmu pengetahuan.

Hal ini dapat dilihat pada setiap kegiatan uIama-  ulama besar di Aceh selalu dilangsungkan di Mesjid tersebut. Sejak didirikan tahun 1879 mesjid ini sudah beberapa kali mengalami perubahan  dan renovasi baik bentuk bangunan, maupun luas lokasi. 

Setelah dibakar oleh Belanda, Mesjid ini sudah mencetak berbagai peristiwa hebat yang mendunia. Untuk renovasi terakhir setelah dihantam tsunami  dipugar pada Tahun 2015 dengan menelan biaya dan dana hibah luar negeri.

Renovasi yang paling fenomenal terhadap tempat ibadah bersejarah ini adalah semua  lantai lokasi mesjid dipasang marmer  indah mengkilap luar biasa. Kemudian untuk lahan pakir kederann dibuat basment yang sering dijumpai di supermarket hebat di negeri ini.

 Selanjutnya yang menyita perhatian penggujung adalah pemasangan payung rakasa di halaman depan dan samping Mesjid Baiturrahman tersebut.

Ikon Heroik  Masyarakat  Aceh Melawan Belanda

Masyarakat Aceh terkenal sangat berani dalam berperang terutama melawan kaum penjajah. Bagi masyarakat Aceh agama adalah kehormatan yang harus dibela sampai titik terakhir.  

Sebuah kemuliaan yang  bagi mereka yang gugur di medan perang membela agamanya.  Selanjutnya, Agama Islam yang dianut Masyarakat Aceh berlangsung secara "Kaffah"

Artinya Agama Islam yang dianut bukan hanya sebagai identitas yang ada di Kartu Tanda Penduduk ( KTP) . Namun mereka mengamalkan dan mengapresiasi agama  samawi ini secara komprehensif.

Setiap sikap, perilaku hidup,  dan dalam mencari rezeki yang berhubungan dengan kehidupan harus bersumber dari agama. Walupun demikian, Masyarakat Aceh terkenal dengan sifat kosmopolitan.

 Maksudnya mereka bisa menerima siapa saja dengan tidak memandang perbedaan agama suku dan ras. Dalam konteks ini yang penting bagi Masyarakat Aceh  tidak menggangu kedaulatan mereka dalam beragama. Bagi mereka agama Islam adalah  suatu pegangan dan pedoman hidup yang tidak bisa ditawar ulang.

Uraian di atas berkaitan erat dengan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dengan Ikon perjuangan  melawan Belanda. Sebagai bangsa beradab dan berdaulat,  Aceh telah mendokumentasikan dirinya dalam sejarah dunia. 

Di samping itu, Masyarakat Aceh tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun di dunia ini.  Sejarah telah membuktikan bahwa hampir sepuluh Jenderal Besar  Belanda tewas di Aceh, ketika  mereka mencoba membangun agresi militer pertama Tahun 1872.

Salah satu bukti yang masih terngiang - ngiang di mata dunia adalah tewasnya Jenderal Kohler yang ditembak oleh sniper kerajaan Aceh. Kejadian tersebut terjadi  di depan Mesjid Baiturrahman Banda Aceh.

Sebagai bukti utama bahwa bangsa Aceh adalah bangsa beradab dan  sangat kuat melakukan perlawanan dengan bangsa Belanda adalah adanya kuburan massal milik Belanda "Kerkhof Peucut " yang ada di Kota Banda Aceh hari ini. 

Puluhan Jenderal Besar  Belanda yang mati di tangan pejuang Aceh menunjukkan tingginya tingkat heroik bangsa Aceh. Ini merupakan  sebuah paradigma berpikir masyarakat Aceh yang menunjukkan bahwa agama sebagai sumber inspirasi. Kemudian Mesjid Baiturrahman sebagai pusat pengaturan siasat berperang melawan Belanda.

Sebagai contoh, ketika bangsa Belanda masuk ke Aceh untuk melaksanakan agresi militer dengan   puluhan ribu pasukan dan  menghadirkan puluhan kapal perang.  Namun hal itu mendapat perlawanan hebat dari Masyarakat Aceh.  

Berkat kegesitan masyarakat Aceh , akhirnya Belanda harus pulang balik ke negerinya.  Intinya yang menjadi pokok pikiran dalam uraian pada sub topik ini adalah Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada zaman kesultanan Iskandar Muda telah menjadikan dirinya sebagai Ikon perjuangan masyarakat.

Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Dilanda Gempa dan Tsunami

Tahun 2004 tepatnya   Bulan Desember  tanggal 26, hari Minggu pagi pukul 8.05 Wib. Seantero Aceh dilanda gempa tektonik. Gempa tektonik berasal dari Pulau Andaman   dengan kekuatan 8.9  Scala Richter.  Selama hampir 20 menit gempa tersebut menggoyang seluruh Serambi Mekah. 

Dalam sekejap tanpa jeda  gelombang tsunami dengan kecepatan 800 Km per jam menghantam seluruh kawasan pesisir Aceh.Tak terkecuali Banda Aceh termasuk salah satu yang paling parah dilanda bala tersebut. 

Orang - orang berlarian berebut tumpangan mencari selamat. Mesjid Raya Baiturrahman  adalah benteng utama penyelamatan manusia.  Ratusan bahkan ribuan orang naik ke lantai dua Mesjid tersebut  untuk menyelamatkan diri.

 Ketika bangunan lain penuh sesak oleh lumpur dan mayat. Anehnya Mesjid Raya Baiturrahman seperti ada yang melindungi. Beberapa saksi mata yang masih hidup memberikan kesaksian bahwa,' Seperti ada tirai yang melindungi rumah Allah dari amukan  gempa dan tsunami'

Setelah badai tsunami berlalu, Aceh jadi prioritas dunia dalam pembangunan. Dengan berbagai bantuan dari seluruh dunia.  Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh  dipugar ulang. Pemugaran dilakukan dengan tetap mempertahan arsitektur asli dari mesjid tersebut.

Destinasi  Wisata  Mancanegara  

Setelah peristiwa besar itu melanda provinsi Aceh. Melalui program Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi ( BRR)  Aceh di restat ulang. Semua sarana dan prasarana yang hilang dan hancur diperbaiki kembali. Masjid Baiturrahman tidak ketinggalan. Rumah Ibadah terbesar kebanggan Masyarakat Aceh direnovasi kembali.

Kini badai sudah berlalu, orang- orang berdatangan ke Aceh. Mereka berasal dari berbagai negara  untuk  menyaksikan kekejaman tsunami.  Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menjadi tujuan utama bagi pariwisata.

 Letak geografis Aceh yang strategis,  baik pada lintas udara dan laut, hampir setiap hari ada  warga negara asing yang berkunjung ke Aceh dan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh..

Kebanyakan dari wisatawan mancanegara berasal dari negeri jiran seperti, Malaysia dan Brunei Darussalam.  Pemerintah Aceh melalui Dinas Pariwisata.telah menjadikan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai salah satu destinasi religius dan sejarah yang wajib dikunjungi. 

Walaupun sudah menjadi salah satu destinasi wisata religius.  Sejumlah aturan untuk masuk ke lokasi tersebut tetap harus dipenuhi.. Siapa saja, agama apa saja boleh masuk ke perkaangan Mesjid asalkan memakai pakaian sesuai dengan syari'at Islam. Aturan ini menjadi pedoman seluruh warga dan masyarakat yang  berdomisili di Aceh.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun