Maksudnya mereka bisa menerima siapa saja dengan tidak memandang perbedaan agama suku dan ras. Dalam konteks ini yang penting bagi Masyarakat Aceh tidak menggangu kedaulatan mereka dalam beragama. Bagi mereka agama Islam adalah  suatu pegangan dan pedoman hidup yang tidak bisa ditawar ulang.
Uraian di atas berkaitan erat dengan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dengan Ikon perjuangan  melawan Belanda. Sebagai bangsa beradab dan berdaulat,  Aceh telah mendokumentasikan dirinya dalam sejarah dunia.Â
Di samping itu, Masyarakat Aceh tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun di dunia ini.  Sejarah telah membuktikan bahwa hampir sepuluh Jenderal Besar Belanda tewas di Aceh, ketika  mereka mencoba membangun agresi militer pertama Tahun 1872.
Salah satu bukti yang masih terngiang - ngiang di mata dunia adalah tewasnya Jenderal Kohler yang ditembak oleh sniper kerajaan Aceh. Kejadian tersebut terjadi  di depan Mesjid Baiturrahman Banda Aceh.
Sebagai bukti utama bahwa bangsa Aceh adalah bangsa beradab dan  sangat kuat melakukan perlawanan dengan bangsa Belanda adalah adanya kuburan massal milik Belanda "Kerkhof Peucut " yang ada di Kota Banda Aceh hari ini.Â
Puluhan Jenderal Besar Belanda yang mati di tangan pejuang Aceh menunjukkan tingginya tingkat heroik bangsa Aceh. Ini merupakan  sebuah paradigma berpikir masyarakat Aceh yang menunjukkan bahwa agama sebagai sumber inspirasi. Kemudian Mesjid Baiturrahman sebagai pusat pengaturan siasat berperang melawan Belanda.
Sebagai contoh, ketika bangsa Belanda masuk ke Aceh untuk melaksanakan agresi militer dengan  puluhan ribu pasukan dan menghadirkan puluhan kapal perang. Namun hal itu mendapat perlawanan hebat dari Masyarakat Aceh. Â
Berkat kegesitan masyarakat Aceh , akhirnya Belanda harus pulang balik ke negerinya. Â Intinya yang menjadi pokok pikiran dalam uraian pada sub topik ini adalah Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada zaman kesultanan Iskandar Muda telah menjadikan dirinya sebagai Ikon perjuangan masyarakat.
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Dilanda Gempa dan Tsunami
Tahun 2004 tepatnya  Bulan Desember  tanggal 26, hari Minggu pagi pukul 8.05 Wib. Seantero Aceh dilanda gempa tektonik. Gempa tektonik berasal dari Pulau Andaman  dengan kekuatan 8.9  Scala Richter.  Selama hampir 20 menit gempa tersebut menggoyang seluruh Serambi Mekah.Â
Dalam sekejap tanpa jeda  gelombang tsunami dengan kecepatan 800 Km per jam menghantam seluruh kawasan pesisir Aceh.Tak terkecuali Banda Aceh termasuk salah satu yang paling parah dilanda bala tersebut.Â