Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan Secara Daring, Efektifkah?

7 Januari 2024   18:10 Diperbarui: 9 Januari 2024   09:15 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd

Setelah Covid-19 mendera dunia selama hampir 3 tahun lebih. Saat itu seluruh aktivitas kerja, pendidikan,  bahkan hiburan mati total. Dunia terasa sepi, orang-orang menyepi di rumah masing-masing.

Kontak fisik semacam ada hukum haram yang diterbangkan lewat udara. Semua bandara, sekolah,  kantor dan tempat- tempat pelayanan umum sepi digigit suasana. Hanya rumah sakit berserta ambulancenya yang menjerit-jerit mengantar korban Covid-19.

Selama tiga tahun tersebut, bumi seperti direstat ulang. Pelan - pelan tombol power mulai dihidupkan. Orang-orang mulai berkerja dari rumah dengan mengandalkan teknologi yang begitu pesat melanda negeri. Para pekerja mulai beralih dari cara cara manual ke cara-cara yang menggunakan Artifisial Intelegensi  (AI) kehadiran di tempat kerja bukan lagi tuntutan, namun pekerjaan dan tugas yang dikirimkan ke rumah masing -masing.

Pada tingkat sekolah juga mengalami peristiwa yang sama.  Terdapat sekolah- sekolah yang sempat terjadi learning loss. Dampak yang dimunculkan sangat luar biasa dari peristiwa kesehatan yang menyerang secara sporadis seluruh dunia. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Riset dan Teknologi (Memfikbudristek) tidak kehabisan akal menghadapi hal tersebut. 'Tak ada rotan akar pun jadi"  

Nampaknya pepatah tersebut sangat cocok pada kondisi seperti itu. Pembelajaran yang menjadi andalan Universitas Terbuka (UT) dalam melangsungkan perkuliahan dijadikan sebagai alasan. Walaupun tanpa pertemuan secara langsung, namun sistem pembelajaran tetap berlangsung. Berbagai aplikasi muncul untuk menjawab tantangan tersebut.  

Adapun aplikasi yang muncul mulai dari Zoom, Google Classroom,  dan lain -lain yang bisa digunakan mulai untuk pembelajaran, rapat, bahkan berbagai pelatihan yang telah membantu guru, pekerja untuk menjalankan segala rutinitas pada saat tersebut.

Waktu terus berputar,  kondisi kesehatan masyarakat mulai membaik. Aktivitas sekolah sudah normal. Masyarakat  mulai melakukan aktivitas seperti biasa, masker penutup wajah dan segala macam cairan pembersih tangan mulai ditinggalkan.  Akan tetapi, sistem pembelajaran jarak- jauh, rapat , dan pelatihan - pelatihan secara daring tetap berlangsung sampai hari ini.

Dahulu, sebelum negeri ini dilanda wabah yang menghebohkan dunia, pemerintah selalu mengalokasikan dana dan waktu serta tenaga ahli  untuk memberikan pelatihan secara tatap muka. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi para guru dan tenaga kependidikan ke arah yang lebih baik. 

Ini sesuai dengan ciri -ciri yang dimiliki oleh kata profesional. Artinya, profesional hanya dapat dicapai dengan pelatihan - pelatihan yang rutin dan terstruktur. Setelah melihat dampak yang dimunculkan oleh pelatihan secara daring, pihak pemerintah dan swasta merasa mendapatkan kemudahan yang luar biasa. 

Artinya, ada keuntungan yang didapat dari pelatihan - pelatihan yang dilakukan secara daring. Dari segi keuangan tidak perlu lagi diragukan, karena untuk biayai hotel saja berapa yang harus dikeluarkan dengan jumlah guru dan konsumsi selama  berapa hari. Jika dikalikan dengan jumlah guru yang ikut pelatihan dalam setahun di seluruh Indonesia.

Pertanyaan besar yang harus dijawab dari pelatihan secara daring yang diikuti oleh guru dan Tenaga Kependidikan ( Tendik) selama ini. Apakah pelatihan daring tersebut efektif terhadap peningkatan kualitas dan profesional yang dimiliki guru dan tendik setelah pelatihan berlangsung ?  

Selanjutnya, apakah pelatihan tersebut hanya untuk mengejar sertifikat semata  untuk diupload di Platform Merdeka Mengajar( PMM)? Ataukah ini bisnis besar berbasis aplikasi bagi pihak tertentu yang berlindung di balik berbagai kepentingan?

Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah melalui beberapa instansi terkait mulai menggunakan  berbagai aplikasi dalam berbagai keperluan. Aplikasi tersebut digunakan secara masif dan sistematis. Hal ini dipicu sebagai alternatif  dalam banyak kegiatan.

Benarkah keuntungan telah menjanjikan melalui penggunaan aplikasi yang bisa dilakukan komunitas secara terbuka pada saat melakukan zoom meeting? Atau apasaja aplikasi yang membantu melakukan konsolidasi massa pada satu tujuan dengan peserta tanpa batas?

Untuk menjalankan sebuah program mahakarya yang dirancang oleh Menteri Pendidikan secara nasional telah menggelontorkan dana pendidikan luar biasa  dengan nama Program Guru Penggerak. Program ini juga menggunakan berbagai aplikasi mulai dari perekrutan peserta, pengumuman, simulasi mengajar, wawancara sampai pada pelaksanaan selama enam bulan juga menggunakan sistem daring.

Pertanyaan muncul lagi efektifkah program tersebut terhadap peningkatan kualitas pendidikan Indonesia?  Hal ini akan terjawab lima tahun ke depan, karena ini  berkaitan dengan kurikulum yang sedang berlangsung. Indikator keberhasilan sebuah kurikulum  akan tampak  pada generasi lanjutan setelah lima tahun berjalan. 

Artinya, dalam rentang waktu tersebut, sudah ada sarjana atau lulusan SAMA /SMK yang siap bekerja.  Merekalah indikator keberhasilan sebuah program . Bukan sekarang seperti yang didengungkan berbagai pihak.

Namun ada yang sudah muncul dari pelatihan daring seperti guru penggerak adalah masih pada tahap sharing pendapat, informasi dan berbagi antara peserta dan fasilitator arau sesama  peserta guru penggerak. Selebihnya tidak bisa ditentukan sekarang.

Mencari Ilmu atau Sertifikat?

Suatu hari penulis masuk ke ruang kerja kawan. Penulis  mendengar suara  bercakap -cakap memberikan informasi. Kelihatan sedang ada rapat dalam kotak  yang ditinggalkan. Melihat kondisi seperti itu penulis menaruh curiga sambil membatin " Ini mengapa laptop ini tidak dimatikan ya?" 

Tak sengaja penulis melihat ke arah laptop tersebut, rupanya ada seorang fasilitator di ujung kamera sedang memberikan materi tentang sesuatu. Namun kamera milik teman penulis di laptop tidak aktif dan mikrofonnyapun seperti dimatikan, hanya suara orang bercakap-cakap di sana sangat jelas terdengar.  Namun,  mereka tidak bisa monitor ke sini, karena kamera dimatikan.

Penulis penasaran, melihat tidak ada orang satu pun di ruang tersebut. Dengan tergopoh-gopoh penulis menelpon kawan tersebut. Rupanya Dia sudah keluar  untuk makan siang. Penulis bertanya , "Berapa lama ?" Dia pun menjawab, 'Sekitar 1 Jam  Pak!' Dengan keheranan penulis bertanya ulang. "Ini rapat Via Zoom kenapa ditinggalkan begitu saja?'  Kemudian Dia menjawab, Oh...!Itu tidak mengapa Saya cuma cari sertifikat saja, " ujarnya.

Penulis hanya menjawab Ohh...! Sambil pamit untuk menutup telpon.
Itulah sekelumit kisah yang berkembang dan menjadi rahasia umum di negeri ini selama pelatihan daring dilangsungkan.

Intinya dalam pelatihan tersebut adalah peserta sudah mendaftar dan masuk pada saat pembukaan, selanjutnya silakan diatur sendiri oleh peserta yang penting,  kameranya  dan mikrofon jangan dimatikan.

Pertanyaan lanjutan adalah jika ilustrasi di atas berkembang dimana- mana seperti itu. Apakah pelatihan itu hanya menjual sertifikat atau peserta hanya hadir secara formal, namun tidak terlibat secara aktif dalam pelatihan daring akan tetapi dapat sertifikat. Pertanyaannya "Boleh Tah?"

Biasanya menurut informasi dari teman penulis yang sering ikut untuk pengumpulan sertifikat, di ujung pelatihan kadang pihak penyelenggara meminta dana seberapa ikhlas untuk sertifikat. Nah...! bagaimana dengan ilmu yang ada dalam pelatihan tersebut padahal di belakang sertifikat sudah ditabulasi dengan jelas random pelatihan mulai jam berapa, materi apa, berapa jam dan siapa penyaji?

Teknik Pelatihan Daring

Hampir semua pelatihan yang dilaksanakan, terlepas siapa atau instansi mana yang melaksanakan selalu disiapkan secara matang. Artinya, mulai dari penjelasan tentang materi, vedeo atau model yang disajikan sampai pada instrumen untuk pengukuran. Apakah materi yang disampaikan sudah tersampaikan atau belum?

Kemudian, hampir setiap pelatihan daring  selalu saja ada vedeo dituntut untuk ditonton. Vedeo tersebut berisi tentang aplikasi konsep yang diajarkan. Namun  sudah menjadi rahasia umum setiap vedeo yang diminta untuk ditonton secara langsung atau disiarkan di Chanel YouTube. 

Berbicara Chanel YouTube, berarti berbicara dua tombol dan satu permasalahan. Pertama tekan tombol subscribe dan notifikasi serta share  vedeo tersebut minimal berapa grup di media sosial. Selanjutnya setiap Jam Tayang,  subscribe dan komentar   adalah cuan semua bagi pemilik chanel. Nah...! pertanyaan muncul lagi sebanding kah ilmu dan sertifikat yang didapat,  jika dibandingkan dengan pundi -pundi rupiah yang didapat pemilik chanel?

Sekilas tidak menjadi masalah, pembaca akan beranggapan bahwa inikan ada mutualisme dan simbiosis. Artinya,  kedua- duanya mendapatkan keuntungan, pihak pelaksana mendapatkan cuan yang banyak dari jam tayang, sedangkan peserta dapat sedikit ilmu dan sertifikat yang digunakan untuk pengembangan diri pada saat usulan kenaikan pangkat. 

Tidakkah pertanyaan ditambah satu lagi biar permasalahan lebih kompleks. Adakah kualitas sertifikat dan ilmu yang didapat dari pelatihan jarak- jauh seperti itu? 

Kalau pertanyaan tersebut ditanyakan kepada penulis, penullis juga angkat tangan' karena tak ada "Kantong  Doraemon" yang bisa digesek- gesek terus keluar solusi dari permasalahan tersebut.

Dampak dari Pelatihan Daring

Pada bagian sebelumnya sudah dipaparkan tentang kelebihan dan kekurangan dari pelatihan  daring. Akan tetapi,  dampak  lain yang muncul dari pelatihan daring . Walaupun sedikit  yang merasakan bahwa , tidak ada komunikasi secara langsung,  karena dihalangi oleh tempat dan waktu dalam melakukan praktik baik . Hal ini merupakan tuntutan oleh setiap pelatihan yang diadakan. 

Komunikasi secara tatap muka telah memberikan sebuah efektifitas yang dimunculkan sejak dahulu.  Untuk menjawab hal tersebut mengapa juga pelatihan daring dilakukan?

Membaca pada program-program yang dilangsungkan secara daring, hendaknya setiap selesai dilaksanakan selalu dibuat refleksi untuk pelatihan lanjutan. Setidaknya pelatihan daring harus berorientasi pada peningkatan mutu sumberdaya guru dan tenaga kependidikan ke arah yang lebih profesional.

Bukan hanya keuntungan kedua belah pihak antara peserta dan pihak pelaksana. Artinya , ada pihak lain yang akan jadi korban dari pelatihan semacam ini yaitu peserta didik sebagai subjek pendidikan di negeri ini.

Apabila dampak ini dipahami secara  bemar, maka dampak tersebut dapat diminimalisir untuk masa yang akan datang. Perlu diketahui bahwa apapun konsekuensinya pendidikan hari ini tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi dan informasi.  

Sebagai penutup tulisan ini, penulis ingin menyampaikan satu pesan, bahwa seorang pelaut tidak mampu mengubah arah angin, namun Ia mampu mengubah arah layar. Demikian juga pemain Ski tidak mampu mengalahkan ombak yang ganas, akan tetapi Ia mampu mempermainkan ombak. Demikian semoga jadi renungan.***

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun