Dua hari lalu, telepon genggam milik penulis  berdering. Sekilas penulis mengulik siapa  ya diujung telepon itu? Masalahnya, yang melambai di layar telepon hanya nomor  saja. Kebetulan nomor tersebut tidak tersimpan di kontak telepon milik penulis.Â
Melihat hal itu, penulis tidak menggubris dan melayani. Wajar jika hal itu penulis abaikan, karena dewasa ini banyak nomor kontak yang tidak jelas menghubungi dan mengirim pesan dan ujungnya membawa bencana . Semua isi rekening terkuras dan semua data privasi dibuka telanjang mata.
Lima menit berjeda, sebuah pesan masuk lewat aplikasi WhatsApp ' Assalamualaikum Pak ' Bisa Saya telepon sebentar?, Ini dengan Bu...dari SMP Negeri...". Ketika itu penulis merasa curiga, sambil membatin," Ini ada perlu apa ya?", Kemudian penulis menjawab pesan tersebut" Waalaikumsalam, Boleh bu dengan senang hati! " Begitu pesan terbalaskan langsung telepon penulis menjerit lagi menandakan ada yang memanggil.Â
Tanpa basa -basi penulis langsung angkat telepon. Isi dari pembicaraan panjang tersebut adalah meminta penulis untuk menjadi instruktur pada pelatihan menulis artikel ilmiah pada siswa SMP.
 Setelah pembicaraan panjang, penulis menyatakan setuju dan Kamipun menentukan jadwal kegiatan.
Setelah telepon ditutup, penulis baru tersadar bahwa, objek pelatihan menulis artikel ilmiah popular adalah siswa sekolah SMP yang telah dipilih setiap Rombongan Belajar (Rombel) 1 orang mulai dari kelas VII s.d IX.Â
Mereka yang dipilih sebanyak 27 orang termasuk siswa yang mempunyai talenta dalam menulis.  Apa lagi  penulis ditantang bahwa tulisan - tulisan tersebut harus diposting di Website Pribadi penulis "Sastrpuna.Com". Menurut pihak pelaksana kegiatan, mereka sering membaca banyak tulisan siswa di website tersebut.Â
Ada suatu kebanggaan bila tulisan mereka mampu disandingkan dengan tulisan kakak -kakak mereka yang dari SMA. Kebetulan tulisan - tulisan yang diposting di Website tersebut adalah milik siswa SMA yang manjadi binaan penulis.
Ada dua diksi  yang menggelisahkan penulis dari percakapan panjang kami lakukan, yaitu artikel Ilmiah popular dan siswa SMP "  Mengenai masalah artikel popular mungkin tidak menjadi masalah bagi penulis, hal itu karena sudah sering penulis lakukan.Â
Namun yang mengganjal di pikiran penulis adalah siswa SMP. Apakah mereka para generasi Z Â paham akan artikel tersebut? Sementara jika mengulik pada kurikulum yang mereka pelajari artikel ilmiah itu hanya berada pada tingkat SMA. Kemudian teknik apa yang harus digunakan, ketika mereka diajak menulis artikel yang sifatnya berat bagi mereka?
Ini sebuah tantangan yang harus dihadapi baik sebagai guru maupun sebagai penulis.
Paradigma yang berkembang bahwa, menulis itu susah harus dibuktikan lewat pelatihan yang digelar selama dua hari. Sebagai guru, penulis ingin membuktikan bahwa walupun materi menulis artikel dipelajari pada tingkat SMA, ternyata jika para guru terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, mau mendalami tentang ilmu menulis ,mereka bisa mengajak siswa untuk menulis secara berkolaborasi.