Mengajar itu bukan mengisi bejana, akan tetapi menyalakan bara menjadi api.Menyalakan bara menjadi api membutuhkan sebuah usaha yang maksimal.Â
Selanjutnya, mengajar itu juga bukan menstrafer pengetahuan semata kepada peserta didik. Namun mengajar sesungguhnya adalah seni  dalam menyampaikan pengetahuan secara sistematis. Karena mengajar itu seni, maka alat peraga mengajar seperti guru dan siswa harus berada  dalam keadaan kondusif.Â
Usaha - usaha menghidupkan sebuah pembelajaran membutuhkan joke dan rasa humor tinggi yang dimiliki oleh guru. Konteks ini bukan berarti guru harus seperti stand up komedi di depan siswa. Akan tetapi, agar pembelajaran tidak kaku dan monoton, maka dibutuhkan kelucuan- kelucuan yang membuat suasana belajar jadi fresh.Â
Joke-joke lucu ini sangat perlu dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Tujuanya untuk menghindari rasa stres peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Intinya sikap humoris guru menjadi kenangan bagi siswa ketika Ia sudah tamat dari sekolah.Â
Tidak Menjatuhkan
Sebagai makhluk sosial, siswa membutuhkan perhatian, pelayanan dan simpati dari guru yang mengajar di kelasnya. Hal ini merupakan sebuah kebutuhan rohaniah yang menjadi hak dasar sebagai warga belajar.Â
Sebagai guru yang difavoritkan oleh siswa, sudah tentu hal seperti di atas menjadi prioritas utama dalam melaksanakan tugas. Mereka yang difavoritkan tidak pernah menjatuhkan siswa dengan cara apapun, baik dalam bentuk tindakan maupun dengan bahasa.Â
Intinya apabila ada siswa yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai guru yang baik akan menjadikan ini tantangan dalam mengajar. Sikap-sikap motivasi, mengayomi, mendidik, dan mengarahkan dijadikan sebagai media dalam memberikan pelayanan pendidikan secara maksimal.Â
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 LhokseumaweÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H