Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Sih Alur dan Pengaluran dalam Cerpen?

1 Desember 2023   15:04 Diperbarui: 3 Desember 2023   21:15 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah cerpen berbagai peristiwa disajikan berdasarkan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan tersebut merupakan kerangka dari sebuah cerpen. Jika dibandingkan dengan tubuh manusia, alur berfungsi sebagai rangka tempat melekatnya daging . Tidak dapat dibayangkan seandainya  daging-daging tersebut berdiri sendiri pada tubuh manusia tanpa melekat pada tulang. Analogi di atas dapat dipahami bahwa antara peristiwa dengan cerpen merupakan hal yang berada dalam keadaan yang senyawa.

Untuk lebih jelas tentang alur berikut ini adalah pengertian alur yang dikemukakan oleh  Brooks and Warren  (Tarigan 1982:150) "Istilah lain yang sama maknanya  dengan alur atau plot ini adalah trap  atau dramatic conflict.

Keempat istilah ini bermakna struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau drama." Pengertian ini diberikan  untuk mencari persamaan persepsi antara alur, plot,  dan dramatic conflic.

Pengurutan cerita dalam  cerpen atau karya sastra lainnya harus bergerak dari suatu permulaan yang bersifat biasa, kemudian  baru terjadi pengenalan masalah, masalah mulai bergerak, munculnya konflik (klimaks), dan penyelesaian masalah (antiklimaks).

Tahap   Pemaparan (Exposition)  

Pada tahap ini pengarang mengenalkan tokoh dan watak  masing -masing dari tokoh yang ditampilkan. Selain itu, pada tahap ini pengarang juga menata adegan, menciptakan suasana  dan mengemukakan tentang sudut pandang yang digunakan. 

Tahap ini sering disebut dengan tahap pemaparan artinya, selain mengenalkan tokoh dan watak yang dimilki oleh tokoh tersebut pengarang juga menyampaikan sedikit tentang alur cerita dan peristiwa- peristiwa yang dialami tokoh pada saat cerita itu dibawakan. Selanjutnya, dalam bahagian ini juga dijelaskan sedikit tentang akhir dari cerita (ending).  Hal ini diperlukan untuk tumbuhnya rasa penasaran pembaca terhadap cerita yang akan dinikmati. 

Dalam konteks lain bagian ini sering disebut sebagai orientasi. Kepiawaian pengarang dalam meracik diksi dengan bumbu gaya bahasa akan tampak pada bagian ini. Selain itu orientasi yang ada pada bagian awal cerpen merupakan sebuah iklan kepada pembaca. Sebagai iklan buat pembaca, sudah pasti bahasa dan gaya yang digunakan harus Indah tertata. 

Selain berfungsi sebagai iklan bagian orientasi ini juga berfungsi sebagai undangan terbuka bagi pembaca untuk menjelajah jauh lebih dalam pada tubuh cerpen yang sudah ditata. Pembaca profesional yang sudah menjadikan  membaca sebagai kebutuhan bagian ini merupakan faktor penentu, apakah Dia akan melangkah lebih jauh atau berhenti sampai di situ.

Begitulah fungsi utama orientasi pada teks cerpen maupun teks novel. Oleh karena itu, novel - novel best seller yang ada di toko toko buku bermerek selalu membuat pembaca terpukau pada paragraf pengenalan masalah. Dengan demikian orientasi pada cerpen atau novel merupakan harga jual yang tidak bisa ditawar. 

Rumitan (Complication.)

Tahap ini adalah munculnya sebuah peristiwa. Peristiwa ini  merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya konflik dalam cerpen. Dari peristiwa ini pula akan muncul beberapa masalah, pertentangan, kesukaran atau perubahan pada seorang tokoh. 

Tahap ini disebutkan sebab-sebab munculnya permasalahan,  sehingga memunculkan konflik antar tokoh. Masalah yang muncul pada tahap ini dijadikan sebagai landasan untuk memunculkan konflik-konflik baru. Konflik-konflik yang muncul tersebut ditata dengan teliti sehingga mengundang perhatian pembaca. Jika pembaca meninggalkan salah satu konflik yang ada maka cerita tersebut akan terjadi penafsiran yang berbeda.  

Munculnya sebuah peristiwa merupakan akar dan cikal bakal masalah mulai mencuat. Permasalahan yang dipertentangkan disini adalah berkaitan dengan tema yang sudah ditempatkan di awal. Agar peristiwa yang muncul tidak terlalu monoton, maka pengarang yang lihai akan memberikan terhadap peristiwa yang dimunculkan. Artinya ada settingan yang masuk akal dengan urutan kronologis yang sesuai. 

Gawatan (Rising Action)      

 dalam membawakan cerita pada tahap ini meningkatkan  perhatian kegembiraan, kehebohan atau keterlibatan pada saat bertambahnya kesukaran-kesukaran atau kendala yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Pada tahap ini pengarang menambahkan nilai dari konflik yang sudah  terjadi antar tokoh. 

Penambahan  nilai dilakukan scara bersamaan pada tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Hal ini dilakukan pengarang agar pembaca sedikit demi sedikit mulai mendalami cerita yang dibacakan. Pada bagian ini pembaca  sudah memilki tokoh yang dijagokan menurut pandangannya masing-masing. Tokoh-tokoh yang dijagokan adalah tokoh yang  berpihak kepada kebaikan.

Klimaks (Turning Point)

 Tahap ini merupakan tahap yang menegangkan dalam sistem pengaluran karya sastra. Pada tahap ini terjadi krisis yang luar biasa, titik emosi dan perhatian yang paling besar serta sangat mendebarkan apabila kesukaran atau masalah yang dihadapi oleh tokoh dapat diselesaikan.

Penyelesaian (Ending)

  Dalam tahap ini berisi penjelasan peristiwa, bagaimana cara tokoh dipengaruhi, dan apa yang terjadi pada diri  mereka masing-masing. Ending ini dalam cerpen hanya dijumpai pada akhir cerita. Akan tetapi model ending yang digunakan pengarang bermacam-macam, ini sangat tergantung pada model cerita yang disajikan.

Macam-Macam Alur

 Alur dalam karya sastra dibagi dalam tiga jenis, yaitu alur maju (progresif), alur mundur (regresif),  dan alur campuran. Alur maju  adalah rentetan peristiwa dalam sebuah karya sastra dimulai dari peristiwa biasa menuju ke peristiwa yang sangat menghebohkan. Selanjutnya,  alur mundur adalah kebalikan dari alur maju, dalam alur ini cerita dimulai dari peristiwa klimaks, kemudian dari klimaks tersebut diurut ke peristiwa lampau.  Biasanya kronologis dalam alur ini diungkapkan secara mendetail dengan  menggunakan sorot balik ( flash back)   Sedangkan alur campuran adalah  semua peristiwa yang diungkapkan oleh pengarang dengan menggunakan dua alur sekaligus yaitu alur maju dan alur mundur.

Seandainya pengarang ingin mengungkapkan peristiwa yang pernah dialami  tokoh, dalam hal ini pengarang dapat memilih alur mundur sebagai media penyaluran peristiwa tersebut. Akan tetapi, jika pengarang ingin menceritakan kelanjutan dari sebuah peristiwa yang pernah dialami tokoh pengarang memilih alur maju. 

Rentetan peristiwa yang digambarkan dalam alur ini  dimulai dengan peristiwa yang dialami oleh tokoh pada masa kini. Alur maju ini  khususnya digunakan dalam cerita pendek atau cerpen.  Kemudian peristiwa tersebut diurut ke masa  yang akan datang. 

Pada alur mundur tergambar bahwa   kronologis peristiwa    dari masa lampau menuju ke peristiwa yang dialami tokoh pada masa kini. Selanjutnya, dalam bagan tiga tergambar bahwa peristiwa dimulai pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Alur campuran sesekali menggunakan alur sorot balik atau (flasback) seperti yang sudah disebutkan di atas.    

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.                                    

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun