Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Pendidikan Kita Belum Berdampak pada Perubahan Karateker Bangsa?

22 November 2023   21:48 Diperbarui: 22 November 2023   22:06 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat penulis bertanya pada siswa kelas favorit di salah satu sekolah favorit di kota X pada kelas Y. Penulis menanyakan tentang keinginan siswa yang mempunyai kemampuan dan IQ di atas rata-rata. Dari 36 siswa yang hadir, hanya 4 orang yang bercita-cita menjadi guru, sisanya ingin menjadi  dokter, pengacara, ahli hukum, dll. 

Anehnya, hal yang paling dominan adalah sebagian besar mahasiswa ingin menjadi dokter, karena kehidupan  dokter cukup menjanjikan. Penulis mencoba mengubah pemikiran siswa dengan memberikan informasi bahwa menjadi guru kini juga mendapat penghasilan ganda melalui program sertifikasi. 

Mereka bimbang, namun siswa menyikapi pernyataan penulis dengan tanggapan lain. “Sebagai seorang guru, siswa melecehkan kita  dari belakang dan dari depan” Berdasarkan kasus ini, ditarik simpulan, apakah ada yang salah dengan guru ? Mengapa guru kita tidak bisa memberi contoh untuk mendukung impian siswa?  

Dialog singkat di atas membuat penulis bertanya adakah orang dengan rata-rata IQ lebih tinggi  mau menjadi guru sebagai agen perubahan?  Penulis membayangkan betapa majunya dunia pendidikan kita seperti negara  Finlandia, karena pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia.

Di sana,  sepuluh orang berkualifikasi tinggi bersaing untuk mendapatkan satu kesempatan menjadi calon guru, seperti halnya persaingan di universitas-universitas di Indonesia untuk memilih jurusan kedokteran. 

Guru adalah orang/perorangan yang dibekali ilmu oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah melalui proses akreditasi yang ketat untuk menghasilkan guru yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

Mereka memiliki informasi berbeda terkait pengajaran dan  pendidikan. Tabulasi guru di Indonesia tidak tersebar merata di daerah pinggiran. Untuk mengatasi hal tersebut, lahirlah proses naturalisasi dari non guru menjadi guru. Hal ini telah menimbulkan permasalahan baru dalam pembentukan karakter peserta didik secara nasional. 

Permasalahan pendidikan di Indonesia sama rumitnya dengan membangun kembali rumah-rumah yang dihantam angin puting beliung .Apa yang bisa diharapkan dari rangkaian analisis di atas,  jika pembangunan pendidikan  belum mengambil bentuk yang sesuai dengan sifat ketimuran bangsa Indonesia? Kita masih belum percaya secara kolektif  bahwa guru adalah rahim terpenting bagi pembangunan bangsa. Pengambil keputusan di negara masih belum berpihak pada guru.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun