Mohon tunggu...
mujiatun yendi
mujiatun yendi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di UPT SMPN 2 BANJIT Kabupaten Way Kanan, Lampung

Saya seorang guru yang memiliki hobi menulis dengan gendre apa saja terutama cerpen dan pantun. Selain beberapa buku antologi bersama para penulis nusantara, saya pun sudah menerbitkan 8 buku solo. Yaitu antologi cerpen berjudul "SENANDUNG CITA", antologi kisah inspiratif berjudul "MENGUKIR PRESTASI DI TENGAH PANDEMI", antologi resume berjudul "TEKNIS MENULIS BAGI PEMULA", antologi pantun nasihat berjudul "MAWAR PUTIH UNTUK IBU", antologi puisi berjudul "MAWAR MERAH UNTUK GURUKU", antologi cerpen remaja berjudul "DI TEPIAN LANGIT", antologi pantun nasihat berjudul "TELAGA KASIH", dan buku antologi artikel populer berjudul "STRATEGI BERKARYA DI DUNIA DIGITAL".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dewi Donat

24 Juli 2024   12:05 Diperbarui: 25 Juli 2024   21:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama di UNILA, Dewi tetap berprestasi dan berhasil menyelesaikan studinya dengan predikat cum laude. Setelah lulus, ia kembali ke desanya dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dan keinginan yang kuat untuk mengabdikan diri sebagai guru. Dewi melamar di SMP tempat ia dulu bersekolah dan diterima dengan tangan terbuka oleh kepala sekolah.

Ketika pertama kali mengajar, Dewi merasa campur aduk antara gugup dan antusias. Ia memasuki ruang kelas dengan senyum hangat, mengenang masa-masa ia duduk di bangku yang sama.

"Selamat pagi, anak-anak. Nama Ibu Dewi. Ibu adalah alumni sekolah ini, dan sekarang Ibu kembali untuk mengajar kalian. Ibu berharap kita bisa belajar banyak bersama dan kalian bisa mencapai impian kalian seperti yang Ibu lakukan."

Para siswa menyambut Dewi dengan antusias. Mereka merasa bangga memiliki seorang guru yang dulunya juga adalah siswa di sekolah itu. Dewi mengajar dengan penuh dedikasi dan kasih sayang. Ia memberikan motivasi kepada siswa-siswanya untuk terus berusaha meraih cita-cita mereka. Semua harus memiliki harapan dan impian. Semua harus semangat belajar dan berusaha untuk mewujudkan impian. Keterbatasan ekonomi keluarga bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang.

Suatu hari, ketika istirahat, Dewi melihat seorang siswa sedang menjual gorengan di depan kelas. Siswa tersebut bernama Rani. Melihat sosok Rani, Dewi teringat masa kecilnya. Ia menghampiri Rani dan bertanya, "Hai Rani, kamu menjual apa ini?"

Rani tersenyum malu. "Ini gorengan, Bu. Rani membantu ibu menjualnya di sekolah, boleh ya, Bu?"

Dewi tersenyum dan membeli beberapa gorengan dari Rani. "Kamu hebat, Rani. Tentu saja boleh. Tetap semangat ya. Ingat, dengan usaha dan kerja keras, kamu bisa mencapai apapun yang kamu inginkan."

Rani mengangguk dengan semangat. "Terima kasih, Bu Dewi. Rani akan berusaha seperti Ibu. Rani pun ingin menjadi seorang guru seperti Ibu. Apa bisa ya, Bu?"

"Tentu sangat bisa, Rani. Mengapa tidak? Sukses itu milik kita semua yang tekun dan berusaha untuk meraihnya. Rani tetap rajin belajar dan giat membantu orang tua ya? Insyaa Allah, kelak keinginanmu menjadi seorang guru akan terwujud," jawab Dewi sembari mengusap punggung Rani.

Melihat Rani, Dewi merasa bangga dan semakin termotivasi untuk mengajar dengan sepenuh hati. Ia tahu bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk mengubah kehidupan anak-anak di desanya. Dengan pengalaman hidupnya, Dewi menjadi inspirasi bagi banyak siswa, membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, mimpi bisa menjadi kenyataan.

Dan begitulah, Dewi Donat, gadis yang dulu berjualan donat untuk membantu ibunya, kini telah menjadi seorang guru yang dihormati dan dicintai. Ia membuktikan bahwa keadaan ekonomi tidak bisa menghalangi seseorang untuk meraih impian. Dengan semangat dan dedikasi, Dewi menginspirasi generasi muda di desanya untuk terus belajar dan tidak pernah menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun