Mohon tunggu...
Muhammad Jasrif Teguh
Muhammad Jasrif Teguh Mohon Tunggu... Apoteker - Strategy and Corporate Risk Management - Founder IDN-Pharmacare Institute - Penulis

Strategy and Corporate Risk Management - Founder IDN-Pharmacare Institute - Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Naga dalam Mitologi Nusantara

31 Desember 2021   22:58 Diperbarui: 8 Januari 2022   17:57 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi patung kepala naga hijau di Bau-Bau, Buton (sumber : dok. pribadi)
Ilustrasi patung kepala naga hijau di Bau-Bau, Buton (sumber : dok. pribadi)

Sosok naga juga hadir dalam cerita rakyat Kutai Kartanegara yang disebut dengan nama Ular Lembu.Saking besarnya naga tersebut, dikisahkan bahwa kepalanya ada di kota Tenggarong dan ekornya sampai di kota Samarinda. 

Sebagai wujud kepercayaan masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau di Kota Tenggarong.

Boneka naga raksasa dalam rangkaian upacara adat Erau di Kutai Kartanegara (sumber : Kompas/Mohammad Hilmi Faiq)
Boneka naga raksasa dalam rangkaian upacara adat Erau di Kutai Kartanegara (sumber : Kompas/Mohammad Hilmi Faiq)

Bagi masyarakat Bali, naga Besukih merupakan sebuah makhluk mitos yang tinggal di bawah kawah gunung Agung dan berkaitan dengan mitos asal usul dan penciptaan. Ini adalah cerita rakyat yang melatari legenda terciptanya selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.

Sedangkan di Yogyakarta, sebagaimana dikutip dari situs resmi keraton Yogyakarta, Dua ular naga yang menjadi penanda berdirinya Keraton juga ada di Kemagangan, tepatnya di pintu gerbang, disebut sebagai Regol Kemagangan, menghubungkan plataran Kemagangan dengan plataran Kedhaton, kawasan tertinggi dalam kompleks Keraton.

Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (Situs resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/kratonjogja.id)
Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (Situs resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/kratonjogja.id)

Dua ular naga itu disebut sebagai 'Dwi Naga Rasa Tunggal'. Ini adalah candrasengkala atau sengkalan, perwujudan penanda tahun peristiwa monumental. Patung itu dibaca sebagai 'Dwi Naga Rasa Tunggal' atau 'Dua Naga Bersatu Rasa', artinya adalah tahun 1682 Jawa atau 1756 Masehi, tahun mulai dihuninya Keraton Yogyakarta.

Jadi, membicarakan kisah tentang naga selalu saja menarik dengan segala mitos ataupun rangkaian sejarah yang menyertainya. 

Kisah tentang naga memang mendunia. Pun di nusantara, naga telah menjadi bagian dari budaya dengan cerita dan perwujudan khasnya.

Kitapun sudah sejak lama mendengar atau menonton kisah tentang kesaktian kapak Naga Geni 212 dan pedang Naga Puspa Saur Sepuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun