Manifesto yang berbentuk bait-bait puisi padat makna itu juga dilambungkan bunyinya oleh Ma’ruf Cahyono. Untuk menegaskan bahwa inilah Indonesia. Jika bukan yang tersebutkan di atas, maka itu bukan Indonesia. Atau, bukan nilai-nilai kebangsaan yang dianut oleh Indonesia.
Kebaruan bahasa dan penyampaian ini seketika menjadi seperti ‘nyanyi’ dan ‘puisi’ oleh kalangan blogger yang hadir. Kesan pertama, ini sesuatu yang bagus. Kami menyukainya. Semoga saja Gerakan “Ini Baru Indonesia” ini bisa semakin populer di tengah-tengah masyarakat. Bukan seperti di era Soeharto yang represif. Pengajaran yang minus pengamalan.
Ma’ruf menegaskan bahwa ia menyadari betul peran para blogger dengan independensinya dan dengan segala sudut pandangnya yang begitu beragam akan mampu meng-influence masyarakat banyak untuk menyebarkan nilai-nilai baik yang dikandung Empat Pilar (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Mereka diharapkan dapat mempromosikan keragaman Indonesia lewat tulisan-tulisan yang cerdas, inspiratif, dan punya kemampuan menarik masyarakat bertindak positif.
“Kemitraan antara MPR RI dan blogger semoga bisa terjalin di masa sekarang dan masa yang akan datang. Apakah itu dalam bentuk formal atau sifatnya kesukarelawanan” harap beliau.
Lebih lanjut beliau mengungkapkan, “MPR RI membutuhkan instrumen yang menjadi penghubung antara MPR dan masyarakat luas”
“kan bagus ya, kalau blogger itu punya jabatan sebagai Public Relation-nya MPR RI” katanya sambil tersenyum. Ia mengatakan ada sekitar ratusan pers yang bertugas khusus meliput kegiatan-kegiatan MPR RI. Jika blogger juga ada, mestinya ini menjadi tawaran kehormatan yang begitu menarik. Tentunya, ini peran yang sangat membanggakan bagi siapa pun itu.
Pada tingkatan paling atas, ketika netizen aktif mampu mengenali dan memahami nilai-nilai kebangsaan dengan baik melalui gerakan “Ini Baru Indonesia” dan ketika gerakan ini sudah menyebar ke mana-mana, saat itulah netizen menjadi sebuah bangunan kokoh yang kita sebut sebagai Pilar Demokrasi.
Saya sempat merekam beberapa untaian kata yang begitu menarik, katakanlah, ini sesuatu yang menyejukkan ketika dibaca. Sebab inilah yang kita inginkan bersama dari sebuah konsep: penerapannya alias praktiknya seperti apa dan bagaimana. Ini dia:
Implementasi Sila 1 (Ke-Tuhanan Yang Maha Esa):
Berhenti Takabur Berhenti Takabur, Mulailah Bersyukur;
Berhenti Saling Merendahkan, Mulailah Menghormati Perbedaan;
Berhenti Menyakiti, Mulailah Menghargai.
Implementasi Sila 2 (Kemanusian Yang Adil dan Beradab):
Stop Marah-Marah, Mulailah Bersikap Ramah;
Berhenti Curiga, Mulailah Menyapa;
Berhenti Berseteru, Mulailah Bersatu;
Berhenti Memaki, Mulailah Memakai Hati
Implementasi Sila 3 (Persatuan Indonesia):
Berhenti Memaksakan, Mulailah Berkorban;
Berhenti Mencari Perbedaan, Mulailah Bergandeng Tangan;
Berhenti Berseteru, Mulailah Bersatu