Berdasarkan hadis ini, makanya menyegerakan berbuka puasa saat waktunya tiba adalah dianjurkan (sunah).
Takjil (ta'jil) berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu: a'jjala - yua'jjilu - ta'jilan, yang artinya segera, mempercepat atau menyegerakan. (Lihat, Kamus Bahasa Arab Al-Munjid, hal. 489).
Lain lagi halnya dengan bukber. Dalam KBBI Darling--dan kita juga sudah maklum--artinya adalah buka puasa bersama.Â
Kenapa tidak disingkat dengan "bukpuber" saja, misalnya? Tampaknya kalau "bukpuber" enggak simpel dan agak ribet diucapkannya. Lebih mudah dan nyaman mengucapkannya kata "bukber" ketimbang kata "bukpuber." Dan kata "bukpuber" barangkali khawatir rancu dengan kata "puber" itu. Atau karena mungkin ini juga soal rasa. Bukankah bahasa, paling tidak, erat kaitannya dengan rasa?
Berbuka puasa sendiri dalam bahasa Arab disebur ifthar, fithr, atau futhur, yang artinya makan pertama, pembuka, atau sarapan pagi.
Salah satu hobi kebanyakan kita itu menyingkat kalimat atau frasa. Tujuannya biar gampang diucapkan. Tapi tidak sedikit juga kalimat karena disingkat justru sering menjadi ribet di lidah dan bisa belibet mengucapkannya.
Yang jelas realitasnya bukber di bulan puasa Ramadan itu sudah menjadi tren. Lalu sehubungan dengan keadaan pandemi dalam setahun terakhir, dan mau berjalan dua tahun ini kata "bukber" ini disandingkan dengan kata "virtual" sehingga menjadi "bukber virtual" dan semakin trending saja.
Hampir serupa dengan bukber virtual, aktivitas-aktivitas lain di tengah pandemi ini semuanya dilakukan secara virtual alias daring (online). Rapat virtual, belajar atau kuliah virtual, kerja virtual, belanja virtual, lebaran virtual, dan seterusnya. Pokoknya semua serba virtual.
Aktivitas-aktivitas itu dilakukan secara virtual yang jelas dalam rangka mematuhi protokol kesehatan sebagai usaha memutus mata rantai penyebaran pandemi.Â
Artinya ketimbang risikonya tinggi yang menyebabkan terpapar pandemi, maka lebih baik dan lebih aman mengambil sikap mencegah dan menghindarinya dengan melakukan aktvitas secara virtual, termasuk bukber virtual ini. Jadi solusi yang tepat di saat masih pandemi seperti sekarang ini.
Itu alasan pertama dan utama, kenapa harus bukber virtual. Sekalipun kebijakan sekarang sudah dibolehkan bukber nirvirtual atau bukber offline (bukner tatap muka) dengan catatan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan yang hadir hanya dibolehkan paling banyak 50% dari kapasitas ruangan atau tempat penyelenggaraan bukber.