Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

"Surat Rahasia" untuk Pasutri yang Sempat Tebersit Niat Bercerai

6 September 2020   08:58 Diperbarui: 8 September 2020   09:34 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (kompas.com via SHUTTERSTOCK)

Minusnya, bahwa prinsip pelayanan prima dan efektif, tidak berbelit-belit, cepat, dan tidak menyulitkan publik. 

Memangkas mata rantai pelayanan yang panjang dan bertele-tele, mempermudah dan menyederhanakan pelayanan adalah percuma dan sia-sia, jika bimbingan perkawinan memakan waktu yang panjang, apalagi sampai tiga bulan (Anda mungkin masih ingat, ini adalah gagasan yang sempat dilontarkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yang menuai pro kontra itu).    

Karena dalam pengalaman di KUA selama ini pernah terjadi setengah hari pelaksanaannya, dan sekarang menjadi dua hari berturut-turut saja sudah menjadi kendala yang sangat menyulitkan dan memberatkan calon mempelai.

Alasannya terbentur soal waktu dan pekerjaan. Mau tidak mau harus meninggalkan pekerjaan atau minta izin dari tempat kerjanya. Efeknya banyak yang tidak bisa hadir mengikuti bimbingan perkawinan ini.

Ditambah sebelum ke KUA atau Kantor Catatan Sipil, tidak sedikit calon mempelai yang mengeluh dan menceritakan keberatan atas kebijakan menjadikan serifikat layak nikah/kawin dari Puskesmas sebagai syarat wajib untuk menikah.

Yang jelas, bercerai itu sama artinya dengan mengoyak dan mengkhianati janji suci dan kesucian perkawinan.

Sejatinya, bercerai bukan solusi, tapi juga jalan yang tidak salah. Hanya saja perceraian (talak) adalah jalan yang sangat dibenci Tuhan. Halal tapi tak disukai. Ibarat lagu, cinta tapi benci. (Lihat, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu 'Abas, hadis marfu' yang menyatakan hal ini).

Pasutri bercerai selalu melontarkan alasan klise dan klasik, "Mau bagaimana lagi, ketimbang hidup kayak begini bak di neraka, mending selesai. Bercerai adalah lebih baik, bukan?"

Sebentar, ini harus Anda camkan, sebelum sampai ke pintu perceraian, Al-Qur'an menuntun supaya pasutri yang tebersit niat bercerai, untuk pikir-pikir dulu lewat media pisah ranjang, cari mediator, dan lakukan konseling. (Lihat, Q.S. An-Nisa [4] ayat 34).

Jangan keburu nafsu, dan nekat membawa-bawa urusan ranjang, urusan kasur, dapur, dan sumur, percakapan di meja makan, sontak naik ke meja hijau nan panas itu. 

Fakkir qabla an ta'zama, pikirkan dulu sebelum Anda berbuat, sebab
"sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". 
Pikirkan dulu masak-masak, jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun