Esai-esai yang saya tulis ini tidak banyak. Saya akui bahwa saya memang kurang begitu produktif dalam kegiatan saya menulis. Tapi lumayanlah, daripada lu manyun. Hehe...
Saya memang menulis selama ini kerap spontan ngikutin alur pemikiran dan gagasan yang suka berkelebat cepat di ruang ingatan saya yang harus secepat kilat juga saya tangkap, dan menuangkannya dalam tulisan.
Tapi bagi saya, sampai di sini pun adalah suatu pencapaian proses aktualisasi diri dalam ranah literasi yang menyenangkan dan menghibur--kayaknya jauh dari membanggakan. Nggak apa-apa, rileks, dan woles saja.
Dan insya Allah, sekalipun begitu, saya tetap semangat, dan akan terus menulis, menuangkan gagasan, mengukir kata, dan mengukur fakta, sebagai sebuah pembelajaran dari hasrat keingintahuan (curiosity) pada perkembangan pemikiran, informasi dan ilmu pengetahuan selama ini yang tak pernah padam.
Bagi saya, kebutuhan literasi, atau membaca dan menulis itu, kayak kebutuhan bersanggama saja. Perlu. Hmm...
Makanya, saya hobi belanja (beli) buku. Buku saya pabalatak (bahasa sunda artinya berantakan), dan berdesak-desakan di rak (lemari) buku. (Maaf, bukan ria, tapi sekadar tahadutsan bin ni'mah, bersyukur masih bisa beli buku).
Membacanya? Jangan ditanya. Ada yang tuntas dan habis dilahap (dibaca), dan ada juga yang baru setengah, atau baru sebatas beberapa halaman, atau hanya halaman pertama (pengantar) dan terakhir (indeks), pindah ke buku yang lain. Hehe...
Agar tidak terlalu bertele-tele, kembali ke judul. Bahwa tulisan ini adalah semacam kompilasi dari senarai esai yang sudah saya tulis sepanjang era pandemi.
Tidak banyak, sekitar 20-an esai yang saya tulis dalam merespons realitas dan isu-isu di saat pagebluk corona itu. Dan saya pilah kepada dua tulisan. Anggap saja ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita atas realitas yang saya sempat rekam, terjadi saat pandemi Covid-19 selama ini.
Pelayanan Nikah, Salat Jumat, Puasa Ramadan, Idul Fitri 1441 H, Ibadah Haji, Sidang Isbat, dan Rukyatul Hilal di Tengah Wabah
Sudah maklum, bahwa wabah virus corona ini memengaruhi berbagai lini kehidupan kita sehari-hari. Kebiasaan kita selama ini, sebelum dan sesudahnya ada pandemi Covid-19, sangat jauh berbeda. Wabah ini mengubah dan mendistrupsi banyak hal dalam hidup kita.
Makanya, mau tidak mau, kita dipaksa harus mengikuti konteks, dan siap beradaptasi dengan keadaan seperti ini, jika kita tidak mau terpapar virus corona.