Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Inilah Tulisan ke-99, dan 9 Alasan Bersama Kompasiana

2 Juni 2020   16:52 Diperbarui: 6 Oktober 2020   08:58 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, Sudah Sampai pada ke-99 Tulisan

Ini adalah tulisan saya ke-99 di Kompasiana. Alhamdulillah, saya bersyukur atas proses pencapaian yang mungkin tak seberapa, dan tidak ada apa-apanya, ketimbang pencapaian kompasianer-kompasianer lain yang lebih senior dan hebat-hebat dengan karya dan tulisan mereka yang bagus-bagus, berkualitas, dan bernas. Saya salut, dan tentu menjadi role model bagi saya. Saya banyak belajar dari mereka.

Saya bersyukur bisa bergabung di Kompasiana. Saya pun sangat berterima kasih kepada semua pembaca di luar sana, dan semua kompasianer di sini yang sudah berkenan menyempatkan membaca, merespons, dan mengapresiasi tulisan saya selama ini.

Tidak sedikit kalimat motivasi dari para penulis profesional dan terkenal yang mendorong kita untuk tetap semangat menulis.

Kalimat motivasi itu muspra, dan menguap begitu saja, jika tidak dibuktikan dengan karya atau tulisan yang kita hasilkan. Itu tetap mengawang-ngawang, dan tidak pernah membumi, jika kita tidak mulai menulis.

Masalahnya, menulis itu ternyata mudah-mudah susah, atau gampang-gampang sulit. Dibilang mudah ya tidak gampang, tapi juga dibilang susah ya tidak sesulit yang dibayangkan. Asal mau mulai, dan tidak malas untuk menulis. Kalau sudah biasa menulis kayaknya mudah, dan tidak terlalu susah. 

Semua orang bisa menulis. Minimal bikin status di akun media sosialnya. Biasanya, bisa itu karena biasa. Untuk itu, perlu 3 M. Menulis, menulis dan menulis. Artinya, memulai, membiasakan, dan menjaga tetap menulis.

Apa Saja 9 Alasan Saya Bersama Kompasiana?

Berikut antara lain, terkait 9 alasan mengapa saya bergabung dan menumpang menulis di sebuah platform blog berjemaah dan publikasi online, Kompasiana Beyond Blogging ini.

Pertama, Ada Tim Moderasi dan Editing Konten

Salah satu keistimewaan dan kelebihan Kompasiana adalah tim yang bekerja di belakang layar, tapi berada di garda terdepan keberlangsungan platform blog ini. Peran strategis dari tim moderasi dan editing konten. 

Tulisan yang ditayangkan di Kompasiana tetap dikawal, mendapat sentuhan, dan polesan dari tim moderasi dan editing konten, agar tulisan menjadi menarik, rapi, dan enak dibaca. Sehingga kita tidak asal menulis, tapi mesti hati-hati dan memperhatikan rambu-rambu yang sudah ditentukan oleh Kompasiana.

Jangan sampai tulisan kita jatuh pada plagiarisme, hoaks, berisi hal-hal yang menyinggung Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA), dan lain-lain yang bisa melanggar peraturan dan perundang-undangan, terutama Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). 

Agar tidak menimbulkan masalah hukum dan mengundang konflik sosial, yang bisa merepotkan kita sendiri. Kalau itu terjadi pada tulisan kita, tidak segan-segan tim redaksi Kompasiana langsung memberi peringatan.

Bahkan dalam kondisi tertentu, maksimal mendapat 5 (lima) kali peringatan, terpaksa bisa-bisa akunnya dibekukan. Dulu, saya juga pernah dua kali mendapat teguran, dan diperingatkan oleh tim redaksi. 

Satu kali, karena di samping tulisan saya jelas-jelas melanggar ketentuan Kompasiana, juga menyerempet hal-hal yang "membahayakan" dan merugikan salah satu calon presiden di pilpres 2019 yang lalu. Dikhawatirkan bisa bikin meradang dan memuncaknya kemarahan tim sukses dan pendukungnya di tengah memanasnya situasi politik saat itu.

Atau, dengan kata lain, karena berpotensi mencemarkan nama baik, menuduh, mencederai reputasi, merugikan, dan menghina, memunculkan kebencian terhadap individu/golongan/pihak tertentu sehingga rawan digugat secara hukum

Di kali yang lain, saya diperingatkan karena menyertakan gambar pada tulisan tanpa menyebut sumbernya. Karena saya kelupaan. Sekarang saya kapok. 

Saya mesti hati-hati dalam menulis, mengukir kata, dan mengukur fakta. Saya sadar itu semua sangat penting dalam menulis di media sosial. Jejak digitalnya panjang, dan tidak mudah terhapus. Konon, tak semudah menghapus jejak mantan.

Kedua, Penulis yang Beragam

Di Kompasiana itu berkumpul para penulis dari berbagai latar belakang keahlian dan bidang yang beragam. Sehingga kita bisa banyak belajar dan menimba ilmu dari mereka. Ini tentu menambah wawasan kita.

Ketiga, Ruang Komunikasi Antar Penulis

Kekeluargaan dan silaturahmi antar penulis (kompasianer) terjalin erat dengan adanya ruang komentar dari setiap tulisan yang kita publikasikan. Ada keakraban, kehangatan, saling menyapa, saling berbagi, dan saling mengapresiasi.

Keempat, Edit Tulisan Setelah Tayang,  Autosave, dan Preview Tulisan

Kesempatan bagi setiap penulis di Kompasiana untuk tetap bisa mengedit sendiri, walaupun tulisannya sudah tayang. Kecuali konten dalam kompetisi, pasti dikunci oleh tim redaksi demi sportivitas. Ini lumayan bermanfaat untuk penulis, termasuk autosave dan preview tulisan.

Kelima, Memberi Ruang Kebebasan dan Kenyamanan

Menulis di Kompasiana itu kayak menulis di blog sendiri. Kompasiana memberikan kebebasan berekspresi dan menuangkan gagasan kita. Ada kenyamanan di sini.

Keenam, Topik Pilihan, Pilihan Editor, dan Centang Biru Penulis

Semua ini adalah tantangan yang disediakan oleh tim redaksi Kompasiana bagi penulis (kompasianer) untuk mempublikasikan gagasannya dalam sebuah tulisan.

Topik pilihan biasanya diangkat sesuai dengan fenomena aktual yang sedang terjadi di lini masa. Berkaitan masalah yang aktual dan menarik untuk ditulis. Ini semacam pagar yang membatasi gagasan penulis untuk fokus menulis tentang satu topik, dan tidak lari ke mana-mana.

Hanya kendalanya bagi penulis, terutama bagi saya, topik pilihan itu biasanya ada saja, tidak semua, yang tidak (kurang) menarik minat, tidak menguasai topik, atau sedang tidak membuat percaya diri (tidak pede) bagi sebagian penulis untuk menuangkan gagasan dan opini tentang topik itu dalam tulisan.

Tidak mau memaksakan diri untuk menulis apa yang kita ragu dan tidak menguasainya. Atau malas membaca rujukan tentang hal yang berkaitan dengan topik pilihan itu. Sehingga tidak sedikit topik pilihan yang ditawarkan oleh Kompasiana tidak diambil. Lewat dan mengendap begitu saja. Tidak ada tulisan yang dihasilkan sesuai topik pilihan, walaupun itu sebenarnya tantangan.

Terlebih lagi, jika tulisan kita menjadi artikel utama, artikel pilihan, terpopuler, featured article, tren pekan ini, dan sampai mendapat centang biru, adalah kehormatan, dan kebahagiaan tersendiri mendapat penghargaan, apresiasi, dan kepercayaan dari Kompasiana untuk terus berkreasi, menghasilkan karya dan tulisan berkualitas, menarik, dan menginspirasi banyak orang.

Sepanjang saya menulis, dan dari 99 tulisan saya, saya bersyukur, ada beberapa yang terpilih menjadi artikel utama, artikel pilihan, dan terpopuler. Baru satu tulisan yang pernah muncul dan terpilih menjadi featured article, yaitu "Fokus Saja Pada Mitigasi Bencana". 

Sayang, tulisan saya belum pernah bertengger di tren pekan ini, ruang pilihan editor Kompasiana yang berisi deretan tiga tulisan yang menarik, unik, bagus, dan tentu berbobot. Kelihatannya selalu mendulamg keterbacaannya lebih besar. Mungkin karena bertengger di laman muka Kompasiana dalam rentang waktu yang lebih lama ketimbang artikel utama.

Centang biru? Pengen banget. Tapi, entah kapan. Sampai saat ini, saya harus tahu dan sadar diri. Karena konon untuk mendapatkan centang khusus dan spesial ini membutuhkan rekam jejak dan kelayakan, kompetensi, konsistensi, dan mumpuni dalam menulis. 

Berarti saya harus terus banyak belajar, konsisten, tetap semangat untuk menulis, dan menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas, seperti layaknya mereka yang sudah memperoleh tanda kehormatan dan panghargaan ini dari Kompasiana.

Ketujuh, Kompetisi Konten, dan Event Kompasiana

Banyak cara Kompasiana mendorong dan mengajak para komapasianer untuk lebih giat dan semangat menulis. Di antaranya, adalah dengan menyediakan fasilitas dan semacam tantangan untuk Kompasianer mengirim dan menayangkan tulisan terbaiknya lewat kompetisi konten berhadiah jutaan rupiah, dan event yang digelar Kompasiana, baik luring maupum daring.

Kedelapan, Ikut Merawat Tradisi Literasi

Dalam tulisan saya terdahulu, saya pernah menulis bahwa, "Bersama Kompasiana, Menulis Itu Cinta". Hemat saya, menulis itu bak jatuh cinta, atau terkena virus cinta. Bagi Anda yang pernah jatuh cinta, pasti akan paham dan menghayati sendiri bagaimana asyiknya jatuh cinta.

Begitulah, menulis. Ada keasyikan dan kepuasan batin tersendiri ketika kita berhasil menuangkan gagasan dalam sebuah tulisan.

Saya pernah menulis begini. Ada yang bilang, cinta itu menetap. Tak pernah menguap. Cinta adalah keabadian. Nafas lebih lama dari cinta. Tapi cinta lebih purba dari nafas.

Cinta tak pernah berakhir. Tapi nafas berhenti. Nafas boleh berbatas, tapi cinta tak. Cinta akan terus hidup bebas menembus batas. Batas ruang dan waktu.

Pun menulis. Menulis itu cinta. Jejaknya tak pernah berakhir, walaupun nafas ini berhenti. Menulis itu hakikatnya untuk keabadian. Makanya, kata Sang Maestro sastra, Pramoedya Ananta Toer, bahwa  "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Dalam pengalaman kebatinan (kejiwaan) saya, saat-saat tertentu saya sering dihadapkan pada situasi di mana saya mengalami kebanjiran informasi dan gagasan di benak saya, dan saya kewalahan untuk membendungnya akibat aktivitas membaca dan mengamati fenomena yang terjadi.

Maka menulis adalah salah satu cara menangkap dan mengikat gagasan yang kadang berkelebat di alam bawah sadar. Saya merasa senang dan puas ketika saya bisa menangkap gagasan yang berkelebat itu, dan menuangkannya dalam sebuah tulisan.

Membaca dan menulis (baca: literasi) adalah akivitas yang sangat mengasyikan, dan menghibur. Ada kenikmatan tersendiri. Maka, membeli buku, mendarasnya, membacanya, dan ditambah dengan keterampilan menulis, adalah bertamasya dan menikmati wisata intelektual dan spiritual yang dapat menggairahkan dan memberikan kepuasan batin.

Maka, dengan menulis di Kompasiana, paling tidak, berusaha melakukan untuk itu. Selebihnya, ikut menebar virus literasi. Mengembangkan dan merawat tradisi literasi yang bisa jadi nyaris tergerus tradisi yang lain, bertutur (lisan) dan budaya instan, gemar menonton tayangan di layar kaca. Walaupun ada sisi baik dan faedahnya.

Kesembilan, Penghargaan Kompasiana (K-Rewards)

Ini adalah bentuk lain dari apresiasi dan penghargaan Kompasiana kepada setiap.penulis atau kompasianer atas tulisannya setiap bulan. Hal ini berdasarkan batas tingkat keterbacaannya yang ditentukan oleh Kompasiana. Semakin tinggi jumlah pembacanya, maka semakin tinggi apresiasinya dalam bentuk penghargaan Kompasiana (K-Rewards).

Walaupun tentu saja, berusaha untuk menulis yang baik, menarik, enak dibaca, dan berkualitas adalah keinginan dan tujuan utama. Biarlah angka-angka itu ada apa adanya. Tapi, tidak perlu juga dimungkiri, bahwa tak seorang pun yang tidak senang, jika karya dan tulisannya banyak yang membaca, ada yang merespons, bisa menginspirasi banyak orang, dan mendapat apresiasi. Apalagi, adalah wajar merasa senang ketika mendapat bonus penghargaan dari Kompasiana, dan bersyukurlah.

Pokoknya, yang penting, teruslah menulis. Jangan berhenti berkarya dan berbagi. Menginspirasi dan bermanfaat. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang sempurna. Ketidaksempurnaan adalah manusiawi dan alami. Tabik. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun