Topik pilihan biasanya diangkat sesuai dengan fenomena aktual yang sedang terjadi di lini masa. Berkaitan masalah yang aktual dan menarik untuk ditulis. Ini semacam pagar yang membatasi gagasan penulis untuk fokus menulis tentang satu topik, dan tidak lari ke mana-mana.
Hanya kendalanya bagi penulis, terutama bagi saya, topik pilihan itu biasanya ada saja, tidak semua, yang tidak (kurang) menarik minat, tidak menguasai topik, atau sedang tidak membuat percaya diri (tidak pede) bagi sebagian penulis untuk menuangkan gagasan dan opini tentang topik itu dalam tulisan.
Tidak mau memaksakan diri untuk menulis apa yang kita ragu dan tidak menguasainya. Atau malas membaca rujukan tentang hal yang berkaitan dengan topik pilihan itu. Sehingga tidak sedikit topik pilihan yang ditawarkan oleh Kompasiana tidak diambil. Lewat dan mengendap begitu saja. Tidak ada tulisan yang dihasilkan sesuai topik pilihan, walaupun itu sebenarnya tantangan.
Terlebih lagi, jika tulisan kita menjadi artikel utama, artikel pilihan, terpopuler, featured article, tren pekan ini, dan sampai mendapat centang biru, adalah kehormatan, dan kebahagiaan tersendiri mendapat penghargaan, apresiasi, dan kepercayaan dari Kompasiana untuk terus berkreasi, menghasilkan karya dan tulisan berkualitas, menarik, dan menginspirasi banyak orang.
Sepanjang saya menulis, dan dari 99 tulisan saya, saya bersyukur, ada beberapa yang terpilih menjadi artikel utama, artikel pilihan, dan terpopuler. Baru satu tulisan yang pernah muncul dan terpilih menjadi featured article, yaitu "Fokus Saja Pada Mitigasi Bencana".Â
Sayang, tulisan saya belum pernah bertengger di tren pekan ini, ruang pilihan editor Kompasiana yang berisi deretan tiga tulisan yang menarik, unik, bagus, dan tentu berbobot. Kelihatannya selalu mendulamg keterbacaannya lebih besar. Mungkin karena bertengger di laman muka Kompasiana dalam rentang waktu yang lebih lama ketimbang artikel utama.
Centang biru? Pengen banget. Tapi, entah kapan. Sampai saat ini, saya harus tahu dan sadar diri. Karena konon untuk mendapatkan centang khusus dan spesial ini membutuhkan rekam jejak dan kelayakan, kompetensi, konsistensi, dan mumpuni dalam menulis.Â
Berarti saya harus terus banyak belajar, konsisten, tetap semangat untuk menulis, dan menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas, seperti layaknya mereka yang sudah memperoleh tanda kehormatan dan panghargaan ini dari Kompasiana.
Ketujuh, Kompetisi Konten, dan Event Kompasiana
Banyak cara Kompasiana mendorong dan mengajak para komapasianer untuk lebih giat dan semangat menulis. Di antaranya, adalah dengan menyediakan fasilitas dan semacam tantangan untuk Kompasianer mengirim dan menayangkan tulisan terbaiknya lewat kompetisi konten berhadiah jutaan rupiah, dan event yang digelar Kompasiana, baik luring maupum daring.
Kedelapan, Ikut Merawat Tradisi Literasi
Dalam tulisan saya terdahulu, saya pernah menulis bahwa, "Bersama Kompasiana, Menulis Itu Cinta". Hemat saya, menulis itu bak jatuh cinta, atau terkena virus cinta. Bagi Anda yang pernah jatuh cinta, pasti akan paham dan menghayati sendiri bagaimana asyiknya jatuh cinta.
Begitulah, menulis. Ada keasyikan dan kepuasan batin tersendiri ketika kita berhasil menuangkan gagasan dalam sebuah tulisan.