Penegasan ini juga disokong oleh QS. Al-Haqqah ayat 40-52 dan QS. At-Takwir ayat 19-25, di mana Allah menjelaskan dengan jelas bahwa al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan oleh-Nya kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Hal ini memperjelas bahwa Al-Quran bukanlah hasil dari ilmu atau kebijaksanaan manusia, melainkan wahyu ilahi yang murni dan suci.
Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur'an tersebut memberikan pemahaman yang jelas bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diberi wahyu yang suci dan benar, serta diberi kemampuan untuk menyampaikan wahyu tersebut dengan tepat dan teliti sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Malaikat Jibril. Hal ini menguatkan keyakinan umat Islam akan kesucian Al-Quran sebagai sumber petunjuk yang utama dalam kehidupan mereka.
Latar belakang Allah menurunkan surat an-Nahl ayat 98 adalah masyarakat Arab menganggap bahwa nabi Muhammad itu majnun karena melafalkan ayat-ayat syaitan. Ayat ini menjadi bukti bahwa perkataan yang diucapkan nabi Muhammad adalah wahyu dari Allah bukan dari syaitan. Hal ini dikarenakan nabi Muhammad berkata "aku berlindung kepada allah dari godaan syaitan". Jika ayat ini dianggap dari syaitan, maka tidak mungkin nabi Muhammad meminta perlindungan dari godaan syaitan.
Kesalahpahaman seputar ajaran agama memerlukan kajian yang mendalam dan pemahaman yang akurat terhadap teks suci serta konteks historinya. Kritik terhadap penafsiran kitab-kitab terdahulu juga perlu jika memang masih terdapat kekeliruan di dalamnya. Oleh karena itu, mari terus menggali dan memahami ajaran islam dengan penuh kesungguhan agar tidak senantiasa berkutik pada kesalahpamahan-kesalahpahaman yang terjadi hingga saat ini seperti halnya kesalahpahaman menjadikan surat an-Nahl ayat 98 sebagai landasan ta'awuz sebelum membaca al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H