Mohon tunggu...
Muinnatu Lutfiah
Muinnatu Lutfiah Mohon Tunggu... Penulis - Devisi Riset dan Kepenulisan Aswaja Muda Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lutfia adalah nama pena dari seseorang yang bernama Muinnatu Lutfiah . Lahir di Kota Rembang Pada 22 November 2003. Saat ini, Ia Tercatat Sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum di Universitas Wahid Hasyim Semarang. Selain menjalankan kuliah, Penulis juga aktif dalam berorganisasi. Awal Mula Perjalanan Penulis Adalah Ketika Masuk Ke dalam Organisasi Kampus Eksternal yaituHimpunan Mahasiswa Islam. Semenjak dimotivasi oleh kalangan senior untuk menulis, Penulis lalu bergabung ke dalam lembaga Aswaja Muda Universitas Wahid Hasyim Pada Tahun 2021 dan Menjabat Sebagai Devisi Riset dan Kepenulisan. Meskipun Lutfia tidak memiliki latar belakang Pendidikan Bidang Sastra, namun Ia selalu tertarik dalam hal menulis. Berbagai karya tulinya telah beredar di media-media online, bahkan ada juga yang ikut dibukukan dalam karya antologi. "jika kamu bukan anak raja maka menulislah" inilah kata-kata yang dijadikan motivasi oleh penulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Benarkah Surat An-Nahl Ayat 98 Sebagai Landasan Ta'awuz Sebelum Membaca Al-Qur'an?

9 Mei 2024   06:06 Diperbarui: 9 Mei 2024   06:49 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://tafsiralquran.id/tag/surat-an-nahl-ayat-98/

Dalam konteks membaca al-Qur'an, Nabi Muhammad diperintahkan untuk menirukan Jibril, bukan untuk mengucapkan dengan cepat agar bisa segera menguasainya. QS. Al-Qiyamah ayat 16-18 menegaskan bahwa Nabi Muhammad diberi kemampuan untuk menghafal dan menyampaikan al-Qur'an dengan baik oleh Allah, dan beliau tidak diperintahkan untuk menyampaikannya dengan cepat, tetapi untuk memperhatikan dengan seksama dan menirukan dengan penuh ketelitian apa yang dibacakan oleh Jibril.

() () ()

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (18) (al-Haqqah)

Ayat init turun karena pada waktu itu Muhammad tidak segera mendapatkan wahyu dari Allah dan setan menggoda Muhammad supaya asal bicara. Kemudian ayat ini turun dan Jibril meminta untuk Muhammad tetap menunggu wahyu dari Allah.

Ayat- ayat diatas sebagai pendukung yang menunjukkan bahwa konteks sebenarnya dalam surat an-Nahl ayat 98 bukanlah ayat tentang hukum yang dijadikan landasan dalam membaca ta'awuz, namun ayat ini merupakan ayat historis yang berisi instruksi khusus kepada Nabi Muhammad.

Histori Turunnya Surat an-Nahl Ayat 98

Pada masa awal kenabian Nabi Muhammad, ketika al-Qur'an masih belum dibukukan dan disampaikan kepada umat secara luas, masyarakat Arab sering kali mencurigai asal-usul wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad. Mereka bahkan menuduh beliau sebagai orang yang kerasukan jin atau majnun, terutama karena kemampuan luar biasa Nabi dalam menyampaikan ayat-ayat yang indah dan penuh makna.

Saat itu, penyair-penyair Arab sering melakukan praktik spiritual di lembah-lembah untuk mencari inspirasi dari jin-jin, yang kemudian mereka sampaikan sebagai syair kepada masyarakat. Praktik ini membuat masyarakat menjadi waspada dan mencurigai setiap kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad. Mereka menggap nabi Muhammad melakukan hal yang seperti itu juga, mendapatkan ayat dari jin atau syaitan.

Namun, kesimpulan tersebut tidaklah tepat. Nabi Muhammad tidaklah bersyair seperti para penyair, melainkan membawa wahyu ilahi yang luar biasa dan berbeda dari apa yang biasa mereka dengar. Ketika Nabi Muhammad mulai menyampaikan ayat-ayat al-Qur'an, orang-orang terkesima oleh keindahan dan kebenaran yang terkandung di dalamnya, sehingga memunculkan rasa kagum dan kebingungan di kalangan mereka.

Dalam QS. Al-Qalam ayat 2, Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang majnun dan bahwa al-Qur'an bukanlah hasil perkataan jin, melainkan wahyu yang benar-benar datang dari Allah. Hal ini merupakan penegasan yang kuat terhadap kesucian wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad, serta menolak segala tuduhan yang dilemparkan oleh kaum musyrikin pada masa itu.

Artinya: berkat karunia Tuhanmu engkau (Nabi Muhammad) bukanlah orang gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun