Di sini sebenarnya kita dapat memahami bahwa tak ada kontradiksi di antara mahabaik dan mahakuasa dalam anologi Stalin tersebut, mudah saja hipotesisnya bahwa Tuhan dapat berbuat seperti Stalin tapi karena Tuhan mahabaik, maka ia tak melakukannya.
Coba lagi dalam kontradiksi mahatahu dan mahabaik, anologinya rasanya mencuri, jika Tuhan tahu rasanya mencuri, berarti ia tak mahabaik karena ia pernah mencuri, jika Tuhan tak tahu rasanya mencuri maka ia tak mahatahu.Â
Argumen tersebut dapat dibantah dengan mengatakan bahwa Tuhan tahu rasanya mencuri karena ia mahatahu, tapi ia tak pernah mencuri karena ia mahabaik, ditambah kalau menggunakan anologi mencuri juga menjadi cacat logika baru, karena Tuhan-lah yang memiliki seluruh alam semesta ini, maka ia tak dapat dikatakan mencuri.
Inilah argumen saya, entah apakah Pak Yujin akan membaca :v, intinya selalu ada celah dalam gaya berfikir manusia, se-paradoks apapun itu, karena hanya Tuhan yang sempurna, barangkali diantara para pembaca ada yang menganut Yujiniah dan mau membalas saya, saya tunggu kritiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H