Karena format media sosial yang singkat dan padat, banyak pengguna yang cenderung mengabaikan kedalaman dan kompleksitas penafsiran. Tafsir dalam bentuk tweet, caption Instagram, atau video pendek di TikTok sering kali tidak memberi ruang untuk penjelasan yang mendalam dan terperinci. Hal ini menyebabkan pesan yang disampaikan menjadi terlalu sederhana dan terkadang tidak memadai.Â
Respon Terhadap Kritik dan Perbedaan Pandangan
Di media sosial, sering kali terdapat tekanan sosial untuk mengikuti pandangan mayoritas atau "tren" tertentu. Ketika tafsir atau pendapat yang disampaikan berbeda atau lebih kritis, orang sering kali mengalami respons yang negatif atau bahkan dikritik habis-habisan. Ini menciptakan suasana yang kurang terbuka untuk diskusi yang sehat dan berbasis pengetahuan
Penyalahgunaan Fitur Visual dan Audio
Penggunaan video, gambar, dan audio untuk menjelaskan tafsir sering kali bisa menambah kesan dramatis dan persuasif terhadap pesan yang disampaikan. Namun, dalam beberapa kasus, hal ini malah bisa mengarah pada penyederhanaan atau manipulasi makna, mengingat ayat-ayat Al-Qur'an sangat kaya akan tafsir dan interpretasi yang membutuhkan kecermatan.
Solusi untuk mengatasi tantangan ini yaitu:
Edukasi Digital
Penting untuk meningkatkan literasi media sosial di kalangan umat Muslim, agar mereka dapat membedakan antara tafsir yang kredibel dan yang tidak.
Penyuluhan oleh ulama dan cendekiawan.
Ulama dan ahli tafsir perlu aktif berpartisipasi di media sosial untuk memberikan penjelasan yang jelas, berdasarkan prinsip ilmiah dan keilmuan tafsir yang sahih.
Keterbukaan terhadap Berbagai Pendapat