Mengapa penulis menyebutkan ODHIV bukan ODHA?Â
ODHIV dan ODHA berbeda. ODHIV merupakan Orang Dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Dirinya memiliki HIV dalam tubuhnya namun tidak sakit -- berpenyakit, tidak bergejala, karena virus tersebut. Atau dengan kata lain asimptomatik. Kondisi badannya baik, fit.
Dari kepanjangan HIV ini kita bisa cermati bahwa HIV adalah virus yang menghancurkan-menggerogoti-meruntuhkan sistem kekebalan (imun) tubuh manusia. Orang dengan HIV sangat rentan terkena penyakit karena kekebalan tubuhnya lemah sebab terserang oleh HIV.Â
Jika ODHIV ini jarang minum obat ARV (Anti-Retroviral Virus), atau bahkan tidak mau minum obat (Lost Follow Up), tidak menjaga diri baik fisik maupun psikologisnya, tetap berperilaku resiko, maka akan mudah menjadi ODHA-Orang Dengan HIV-AIDS.
ODHA adalah Orang Dengan HIV-AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome). Yakni, orang dengan sekumpulan gejala penyakit di tubuh yang disebabkan adanya virus HIV, dirinya bervirus sekaligus kondisinya bergejala-sakit. Sakit yang biasanya dialami oleh ODHA berkenaan dengan sakit di bagian kulit, paru, mata, otak, pencernaan, dsb.Â
Sebagian orang menyebutnya Infeksi Oportunistik. ODHA berarti kondisi imun tubuhnya lemah, sehingga dirinya sakit karena HIV. Mudahnya, ODHIV belum tentu kena AIDS sedangkan ODHA sudah pasti kena HIV.Â
Meneguhkan Patuh -- Menguatkan TangguhÂ
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV atau baru saja terdiagnosa HIV positif akan mengalami perasaan negatif. Shock, kecewa, marah, jengkel, putus asa, sedih, bosan, bingung, malu, takut, cemas, panik, kesepian, menyangkal, tak percaya, terbebani, dan lain semisalnya. Â Perasaan negatif itu akan memicu perilaku negatif pula. Tidak mau melakukan pengobatan, menyendiri, menyakiti diri, bahkan hingga upaya untuk mengakhiri hidup.
Menurut penjelasan Kubler-Ross, sedikitnya ada lima tahapan reaksi seseorang terhadap peristiwa yang negatif (kesedihan mendalam, traumatis, atau didiagnosa penyakit kronis-ex: HIV). Tahapan tersebut adalah denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (pertukaran), depression (ketidakberdayaan), dan acceptance (penerimaan).
Lima tahapan teori Kubler-Ross bisa saja dialami ODHIV. Awalnya, ODHIV menyangkal terhadap peristiwa yang sudah terjadi. Tidak percaya dengan hasil tes, lalu ia akan mencari fasilitas kesehatan dengan alat tes yang dirasa lebih canggih guna melakukan pemeriksaan ulang. Atau yakin bahwa dirinya baik -- baik saja, sehat seperti orang lain pada umumnya.Â
Selanjutnya, ODHIV mulai marah, frustasi, cemas dengan kenyataan yang ada, bahwa dirinya HIV positif. Mulai menyalahkan siapapun termasuk mungkin Tuhan. Â Lalu, akan memasuki tahapan mencoba bernegosiasi dengan diri, pihak lain, ataupun Tuhan. Tidak sedikit seusai masa bargaining, masuk dalam tahapan ketidakberdayaan (depression).