Mohon tunggu...
Muh. Ibnu Choldun R.
Muh. Ibnu Choldun R. Mohon Tunggu... -

Seorang pengajar, tinggal di Bandung. Sampai SMA tinggal di Sukoharjo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Mina dari Pandangan Subjektif Saya

28 September 2015   21:24 Diperbarui: 28 September 2015   21:46 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Titik krusial dari sistem

Dapat dibayangkan dengan arus jama’ah yang datang dari berbagai penjuru dengan kecepatan yang tidak dapat dikatakan lambat, dengan tingkat kepadatan jama’ah yang tinggi, sedikit saja ada gangguan, apalagi kalau kebetulan pas di persimpangan, misal ada jama’ah yang jatuh atau tiba-tiba arus jama’ah dialihkan sehingga kepadatan jama’ah di suatu rute secara mendadak bertambah tinggi, tentu akan mengganggu kestabilan sistem.

Gangguan kestabilan bisa ditimbulkan karena kecepatan arus yang tiba-tiba berubah (ada yang jatuh, kalau sengaja berhenti mendadak rasanya hampir mustahil), atau karena adanya penambahan kepadatan jama’ah yang mendadak (misal ada pengalihan rute sehingga menumpuk di rute tertentu). Gangguan kestabilan arus ini, dengan sendirinya akan membuat sistem kacau dan akan menimbulkan kepanikan dari jama’ah, yang pada akhirnya timbul aksi dorong mendorong, sebagai usaha mempertahankan diri alamiah untuk melepaskan diri dari sistem yang kacau.

 B. Pendapat Pribadi

Dari cerita saya dan gambaran sistem di atas, ingin menekankan beberapa hal sebagai berikut

-Jangan menyalahkan jamaah

Apapun alasannya, menyalahkan jama’ah sebagai biang keladi terjadinya tragedi di prosesi pelemparan jumrah adalah sesuatu yang menurut saya, sangat tidak elegan. Apalagi kalau menyalahkan hanya karena dilandasi rasa kebencian karena berbeda golongan. Tahun ini menyalahkan jama’ah dari negara A, tahun 2006 siapa yang salah? Tahun 1990 siapa yang salah? Kalau merujuk dari jumlah korban, apakah kita rela jama’ah Indonesia disalahkan karena menjadi korban yang paling banyak di tahun 1990? Dari ilustrasi cerita saya tadi, bagaimana situasi kacau yang timbul, saya yakin, tidak ada satupun jama’ah yang sengaja ingin membuat kekacauan. Kurang pada tempatnya, Jama’ah sudah menjadi korban, masih juga disalahkan. Kalaupun kekacauan yang ditimbulkan oleh jama’ah, saya yakin karena sistem pencegahan tidak berjalan, sehingga sejarah akan selalu berulang kalau tidak ada perbaikan.

-Kerajaan Arab Saudi Lebih memfokuskan kenyamanan dibanding keamanan

Kalau melihat pembangunan besaran-besaran infrastruktur demi memanjakan jama’ah haji belakangan ini, menurut pendapat saya, pemerintahan Kerajaan Arab Saudi memang sangat fokus untuk memberikan kenyamanan, tetapi kurang memperhatikan keamanan jama’ah.  Menurut saya jauh lebih penting membangun sistem pencegahan tragedi di jamarat dari pada terus menerus terus menerus memanjakan para jama’ah. Apalagi terus menerus mempeluas Masjidil Haram, yang menurut saya urgensinya kurang. Menurut saya,  kenyamanan di Masjidil Haram yang diberikan pada tahun 2006 lalu,  sudah lebih dari cukup. Kalaupun alasannya untuk memperluas daya tampung, Thawaf dan Sai tidak dilakukan dalam waktu bersamaan, para Jama’ah pun sudah bersyukur bisa sholat fardlu di pelataran mesjid, karena di dalam masjid sudah penuh. Jauh lebih penting memikirkan bagaimana membangun sistem pengamanan di Jamarat.

-Sistem pencegahan

Kalau dari sudut pandang teori organisasi perbaikan kinerja bisa ditingkatkan dengan mengubah perilaku atau struktur. Seperti yang sudah saya ceritakan mengubah perilaku jama’ah dengan beragam karakteristiknya, hampir mustahil untuk dilakukan. Pengubahan struktur perangkat lunak, misal dengan pembuatan jadwal pelemparan jumrah untuk masing-masing negara, dapat diupayakan, tetapi kurang berguna, karena prosentase jama’ah yang mengejar waktu afdhol tentu tidak sedikit. Merekapun siap mati dengan mengejar waktu afdhal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun