A. Karakteristik Sistem Prosesi Pelemparan Jamarat
              Sebenarnya bukan kapasitas saya untuk mendeskripsikan sistem ini, para ahli transportasi ataupun pengendali kerumunan massa akan lebih tepat. Saya akan mendeskripsikan sejauh yang saya pikirkan dan saya pahami. Arus jama’ah yang menuju jamarat bisa dianalogikan dengan sistem transportasi, di mana beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
-Rute
Jalur-jalur atau jalan-jalan yang ada sudah dapat dideskripsikan dengan jelas karena bersifat statis. Di mana ada persimpangan, di mana ada jalan membelok dapat diketahui dengan jelas.
-Kepadatan jama’ah yang melintas di rute tertentu dan distribusi kedatangannya
Banyaknya jama’ah yang melintas di rute tertentu dapat dihitung per satuan waktu, dan distribusi kedatangannya dapat dipelajari (apakah terdistribusi seragam, normal, eksponensial, atau yang lainnya). Karena kedua data ini bersifat dinamis, maka diperlukan pengumpulan data beberapa tahun untuk menyimpulkan karakteristiknya
-Kecepatan jalan jama’ah
Kecepatan jama’ah melintas di rute tertentu juga dapat dihitung, apakah melintas dengan kecepatan tetap, atau bergerak dengan percepatan tetap, ataupun malah bergerak dengan percepatan yang tidak beraturan. Karena data ini bersifat dinamis, harus dikumpulkan data beberapa tahun untuk menyimpulkan karakteristiknya.
-Karakteristik jama’ah
Karakteristik fisik meliputi: tinggi badan, warna kulit, umur, dll. Karakter psikis meliputi: emosi, motivasi, kecerdasan dll. Baik karakter fisik maupun psikis pasti sangat bervariasi karena berasal dari lebih dari 150 negara dengan karakteristik khas masing-masing. Ada jama’ah yang mengejar waktu afdhal, ada juga yang mencari waktu aman seperti saya, ada juga yang mengikuti jadwal yang sudah ditentukan. Baik yang mengejar waktu afdhal, yang mencari aman, ataupun yang sesuai jadwal, menurut saya tetap menghadapi resiko yang sama, karena situasi kacau tidak dapat diprediksi kapan datangnya, karena memang belum ada sistem pencegahan yang diterapkan.Â
Jadi kesimpulannya, hampir tidak mungkin pengendalian terhadap karakteristik jama’ah ini. Jama’ah yang emosional, mementingkan diri sendiri, dan semua sifat-sifat negatif harus dipahami sebagai  kekhasan masing-masing individu. Dorong-mendorong antar jama’ah seharusnya dipahami sebagai pertahanan diri alamiah menghadapi situasi yang kacau. Efek dari sifat-sifat negatif jama’ah ini walaupun sangat tidak diharapkan, seharusnya dapat diminimalkan  jika diberlakukan sistem pencegahan yang baik.