Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Anak-Anakku, Kutitipkan Kalian di Pesantren

7 Desember 2024   06:01 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:27 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kedua, santri PP Amanatul Ummah (Sumber: dokpri)

 Tuntaskan kasus sesuai prosedur yang sudah ada tanpa kekerasan antarwali santri dan pihak pondok. Tak lupa bekali anak dengan attitude positif. Matangkan pemahaman mengenai konsep antiperundungan sewaktu di rumah, supaya anak tidak menjadi korban ataupun pelaku.

4. "Ah, lebih baik anakku di rumah aja, biar deket orang tua."

Anak merupakan titipan Tuhan, jagalah dia dengan sebaik-baik kemampuan servis orang tua. Hindari terlalu memanjakan anak. Sebab, lima atau sepuluh tahun ke depan, anak akan 'berdiri' dengan kedua kakinya tanpa kita gandeng terus menerus. Lepaskan mereka. Siapkan anak menatap dan jalani masa depannya.

Bagi saya, prinsip memondokkan anak adalah sama menyiapkan kehidupan mereka, saya analogikan roda berputar. 

Kelak seandainya anak kita temui kehidupan mapan dalam banyak aspek, mereka tidak akan sombong, pelit, dan individual. Melihat orang di bawah mereka, baik segi ekonomi, agama, pendidikan, lingkungan kerja, sosial, dll tidak akan mengangkat dagu sambil sesumbar "Inilah saya". 

Seolah jika tidak ada dia, maka semuanya tidak ada artinya. Beranggapan kalau dirinya merasa paling hebat. Sebaliknya, saat mereka di posisi bawah atau kurang mampu, tidak akan meminta-minta dengan mempermalukan diri sendiri. 

Santri berasal dari berbagai suku dan daerah (Sumber: dokpri)
Santri berasal dari berbagai suku dan daerah (Sumber: dokpri)

Interaksi setiap hari di pondok memicu rasa persaudaraan semakin tinggi. 

Banyangkan, jika dalam satu kamar terdiri dari 20-30 santri tanpa adanya hubungan darah, berasal dari berbagai daerah dan suku. Terjadi dalam kurun waktu tiga tahun misalnya dari kelas 7-9 atau 10-12 tanpa rolling kamar, pertemanan menjadi persaudaraan. Kisah suka duka sudah dilewati para santri dengan penuh tantangan. 

Pasca lulus, para alumni santri ini akan terus menjalin silaturohmi satu dengan lainnya. Hal ini tentu berbeda jika anak hanya di rumah dengan intensitas ketemu anggota keluarga yang lebih cenderung miliki karakter dan kebiasaan yang sama. 

Kapasitas jumlah santri di setiap kamar berbeda-beda, sesuai kondisi pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun