Manajemen waktu, urus uang saku, tingkat kemandirian, kedisiplinan, dan mendalami agama mulai tertata tatkala di pondok.Â
Bak pepatah mengatakan "Semakin digosok semakin sip", itulah latihan batin orang tua, apalagi seorang ibu.
Secara psikologis, kepekaan perasaan ibu terhadap anaknya cenderung lebih pekat dibandingkan ayahnya. Perkara ketegaan, kuncinya ada di keikhlasan jiwa. Belajar tega sama halnya dengan piawai beradaptasi terhadap diri kita. Yakni melalui menata niat tuk ikhlas melepas anak-anak dalam menimba ilmu.Â
Kedua, beri nasihat kepada anak terkait kemandirian. Perjuangan hidup jauh dari orang tua saat belajar di pondok, akan sangat berdampak terhadap mandirinya si anak.
Pengelolaan emosional didapat saat anak berada di pondok. Biarkan anak merasakan situasi tersebut. Contohnya, jangan mengharap segala hal dapat diraih secara instan.Â
Semua butuh proses kesabaran. Bukan pondok, jika segala aktivitasnya jauh dari kata antre. Mulai dari mandi, makan, ambil sandal, menjemur baju, ambil minum, dapat dikatakan harus antre.
Antrian panjang hingga berjubel merupakan pemandangan seru saat mondok. Tahapan antre inilah secara tidak langsung menjadi akar tuntunan dan tuntutan karakter membentuk kesabaran.
2. "Kok, mau sih anaknya disuruh mondok, pengen sendiri atau dipaksa ortu?"
Mau tidaknya anak dapat terlihat dari cara pola asuh orang tua. Mau atau tidak adalah sebuah pilihan, seyogyanya sebagai orang tua, kita tidak boleh mencekoki paksaan, terlebih soal pendidikan.
Paksaan orang tua akan membuat si anak merasa stres. Strategi agar anak nurut tuturan orang tua, dapat dipraktikkan lewat komunikasi intens.Â