Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Ngabuburit ala Emak-Emak: Antar Anak Ngaji, Wisata Religi, hingga Telusur Gresik Heritage

17 Maret 2024   13:50 Diperbarui: 19 Maret 2024   21:05 2402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit ala emak-emak (Sumber: Dokumen Pribadi)

Puluhan tahun silam, bahasa Sunda telah lahirkan satu kata viral di bulan ramadan. Bahkan kata ini menjadi universal di kancah nasional

Ngabuburit, itulah kata yang sering mewarnai puasa wajib bagi umat muslim. Kegiatan yang dilakukan menjelang mahrib guna menunggu buka puasa di bulan ramadan merupakan deskripsi ngabuburit.

Di daerah lain tentu juga punyai julukan lain terkait ngabuburit. Karena Indonesia tak kan pernah miskin keberagaman bahasa dan budaya.

Ngabuburit tidak pandang gender maupun usia. Tak terkecuali dengan Macan.

Macan yang biasa dikenal dengan kebuasannya. Taring tajam dan badan kuat. Si pelari paling tangguh. Namun, macan di sini diartikan sebagai mama-mama cantik. Istilah yang populer di kalangan para ibu.

Ada juga komunitas yang melebing dirinya sebagai Motik (Momy Cantik). Komunitas atau sekelompok emak-emak ini dapat menyatu karena persamaan aktivitas, seperti antarjemput anak sekolah maupun ngaji. 

Jangan anggap emak-emak buta fashion. Baju 'dinas' di rumah memanglah daster. Lain halnya ketika keluar rumah, jadwal penggunaan dress code bisa juga menjadi salah satu agenda Macan. Baju atau gamis tidak harus seragam, bisa disiasati dengan pemilihan warna sedana.

Selain urusan sandang, mereka programkan kajian, hingga sepakat urusan alat tulis, tas, sandal anak yang sengaja diserempakkan. Tak lupa jadwal melancong dan ngabuburit sudah tertata rapi.

Saya bagian dari Macan. Hampir setiap sore, ngabuburit sambil nunggu anak usai ngaji, kami bagi-bagi takjil untuk pejalan kaki depan pesantren tempat anak-anak mengaji.

Tetapi, puasa hari ke-5 rutinitas Macan libur. Saya putar otak, ngabuburitnya mau kemana ini? Mengingat waktu satu setengah jam anak ngaji, kalau harus pulang ke rumah juga naggung. 

Kebetulan pesantren anak-anak ngaji tepat di Jalan KH. Kholil. Lokasi Pondok Pesantren Al Abror ini sederet dengan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.

Sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima jajakan takjil. Saya tidak begitu tertarik untuk keliling mencari takjil. Saya lebih memilih berkelana kota. Kurang lebih 500 meter dari Jalan KH Kholil, wisata Gresik Heritage bisa dinikmati. Kira-kira kemana saya akan bertandang?

a. Jalan Nyi Ageng Arem-Arem

Dari Al Abror saya ambil arah selatan menyusuri jalan Nyi Ageng Arem-Arem. Siapa sangka sepanjang jalan itu suguhkan suasana vintage dimulai dari rumah Gajah Mungkur. 

Pekarangan rumah dipadati tumbuhan bonsai. Burung peliharaannya pun nampak banyak. Rumah gaya kolonial yang masih terjaga keasliaanya itu termasuk salah satu cagar budaya Gresik. 

Ikonik rumah Gajah Mungkur menjadi daya magnet tersendiri bagi para pejabat maupun wisatawan dari dalam dan luar Jawa Timur untuk nyambangi. Apalagi penerus rumah Gajah Mungkur seorang budayawan sekaligus pebisnis batik khas Gresik.

Udeng Sisik Bandeng salah satu produk andalan khas gaya Gresikan. Saya hanya sempat melewatinya. Lampiran foto di bawah kenangan ketika saya singgah sebentar untuk keperluan konsumen. 

Gambar yang tertera saya memakai udeng hanya sebagai contoh saja (diperlihatkan kepada panitia acara lokakarya Guru Penggerak). Karena sejatinya udeng dikenakan laki-laki.

Batik dan udeng Gresikan (sumber: dokumen pribadi)
Batik dan udeng Gresikan (sumber: dokumen pribadi)

Dari rumah Gajah Mungkur saya menuju barat lalu belok kanan. Terdapat gapuro tertuliskan Kampung Kemasan. Di zamannya kampung ini terkenal elit. Nyata terlihat dari kanan kiri bangunan yang tersisa menyimbolkan kemewahan.

Bangunan rumah memiliki ciri arsitektur Eropa pada pilar-pilar, jendela, dan pintu yang besar, serta ornamen dinding. Sementara itu, gaya arsitektur Cina terlihat pada atap dan penggunaan warna merah. 

Kunjungan edukasi dari siswa, mahasiswa, turis domestik hingga luar negeri turut andil. Tak hanya terkait literatur kebutuhan pendidikan, rumah ini juga difungsikan untuk keperluan pribadi seperti ajang foto pre wedding, yearbook, dll. 

Sesampainya saya di sana tidak berjumpa dengan pemilik rumah yang akrab dipanggil Pakde Noed (Oemar Djaenoedin). Beliau merupakan pegiat budaya dan sejarah Gresik.

Gapuro menuju Kampung Kemasan (sumber: dokumen pribadi)
Gapuro menuju Kampung Kemasan (sumber: dokumen pribadi)

Salah satu rumah di Kampung Kemasan (sumber: dokumen pribadi)
Salah satu rumah di Kampung Kemasan (sumber: dokumen pribadi)
  • Pesarean Nyi Ageng Arem-Arem

Selepas keluar dari Kampung Kemasan, saya bergegas belok kiri dan hanya berjarak 100 meter sudah menemukan lokasi Pesarean Nyi Ageng Arem-Arem. Sosok Nyi Ageng Arem-Arem memang tidak semasyhur Nyi Ageng Pinatih (ibu asuh Sunan Giri). 

Saya berhasil masuk ke area makam. Menaiki tangga dan menemukan tempat para peziarah memanjatkan doa, kemudian tiga langkah ke depan sudah menemukan pusara beliau. Saya sempatkan membaca tahlil.

Sebelum sampai ke pesarean, saya cari juru kuncinya. Rupanya sedang pulang ke rumah. Tak jauh dari makam, saya menyeberang jalan dan temukan rumah sang juru kunci. Rumah cat biru dilengkapi kere bambu.

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

Makam Nyi Ageng Arem-Arem beserta suami (sumber: dokumen pribadi)
Makam Nyi Ageng Arem-Arem beserta suami (sumber: dokumen pribadi)

b. Bandar Grissee

Dari pesarean saya membutuhkan waktu dua menit untuk sampai di lokasi selanjutnya. Rute berlabuh di Bandar Grissee. Sepanjang Bandar Grissee saya dikagumkan oleh suasana Maliboro Jogja. Inilah wajah Jogja yang keberadaannya di Gresik.

Gemerlap lampu di sore hari serta hiruk pikuk orang-orang nongkrong maupun kegiatan jual beli di area kuno tersebut. Bangunan-bangunan sejarah itu diantaranya kantor pos lama, rumah tahfiz, D'Lodji, rumah dinas Wakil Bupati Gresik, Polsek Gresik, sumur tua. 

Di luar ramadan, Bandar Grissee menjadi jujukan favorit ngopi kawula muda. Saya tidak sempat mengabadikan foto, karena waktu itu macet sebab ada penutupan jalan.

Sumber: alonesia.com 
Sumber: alonesia.com 

c. Alun-alun

Bertolak dari Bandar Grissee, saya ambil arah barat menuju alun-alun Gresik. Kondisi kendaraan merambat di jalan Wachid Hasyim itu semakin riuh. 

Dilengkapi sport area, aneka jajanan takjil, odong-odong, kereta kelinci,nampaknya alun-alun tempat lepaskan penat bagi sebagian besar masyarakat Gresik dan sekitarnya untuk menunggu waktu azan. Tepat di seberang alun-alun bagian utara berdiri masjid jamik. 

Setelah berbelanja takjil di alun-alun, pengunjung dimudahkan dalam salat mahrib. Ambil lima langkah, kita sudah berada di pelataran masjid jamik. Saya pun tak berhasil ambil gambar kedua lokasi tersebut. Karena terburu waktu untuk lanjutkan safari ngabuburit ke arah selatan.

Alun-alun Gresik (sumber: inigresik.com)
Alun-alun Gresik (sumber: inigresik.com)

Masjid Jamik Gresik (sumber: journalavrilladee.com)
Masjid Jamik Gresik (sumber: journalavrilladee.com)

c. Gereja Pantekosta

Bergeser ke Jalan Setia Budi, saya temukan bangunan tepat di sebelah selatan alun-alun. Rumah ibadah umat nasrani ini jika diperhatikan dari luar nampak tidak begitu luas. 

Sepertinya gereja Pantekosta dibangun meninggi, jika dilihat dari anak tangga yang disediakan. Nah puasa kok malah milih ke gereja? Saya tertarik dengan keragaman multi RAS di Gresik. 

Pasalnya dari gereja, jika saya titi hanya tiga langkah saja, gereja ini damai bersanding dengan komplek Yayasan Darul Islam. SMP dan SMA Darul Islam telah mewarnai khasanah kota Gresik. Hidup saling menghormati satu dengan lainnya. 

Apabila Anda sebagai guru ataupun berkepentingan instansi lain, maupun keperluan pribadi untuk mengunjungi Gresik Herritage, silahkan langsung menuju sekretariat di SMP Darul Islam. Apa yang menjadi rangkaian ngabuburit saya ini, akan Anda rasakan juga. Hubungi sekretariat sekarang juga!

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

d. Klenteng Kim Hin Kiong 

Klenteng berada di kawasan Kampung Pecinan Gresik. Tak jauh dari Gereja Pantekosta, saya telusuri jalan ke selatan dan masuki kampung yang kira-kira hanya dihuni 50-an keluarga.

Ngabuburit saya ditemani bangunan tempat ibadah warga Tionghoa. Tempat Ibadah itu disebut-sebut lebih tua dari Kota Gresik. Dibuktikan dengan prasasti yang ditempel di klenteng tertulis berdiri 1 Agustus 1153 Masehi. Kini, telah berumur 869 tahun. Sedangkan Kota Gresik berusia 537 tahun.

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

Mengingat waktu sudah mendekati jemput anak ngaji. Saya bergegas tinggalkan klenteng menuju arah timur. Kurang lebih tiga menit mengendarai motor, saya sudah sampai di Pesarean Nyi Ageng Pinatih. 

e. Pesarean Nyi Ageng Pinatih

Sosok Nyi Ageng Pinatih sang ibu asuh Sunan Giri itu merupakan saudagar kaya. Gelar syahbandar Gresik pernah diraihnya. Beliau sangat dihormati raja-raja pada zaman Majapahit. Masuki pelataran makam, saya rasakan aura berbeda. Guci besar dan nama-nama silsilah Nabi Muhammad terletak di sebelah kanan pintu masuk. 

Rindangnya pohon kamboja dan beberapa tumbuhan hijau lainnya, semakin membuat saya bergidik. Area makam berlapis. Saya berada di bagian luar saja. Bagian dalam dikhususkan bagi peziarah tertentu.

Makam dibuka 24 jam untuk umum. Seolah membagi jalan dengan masyarakat sekitar, area ini miliki jalan bercabang dua dibagi dengan jalan menuju kampung hingga tembus ke jalan Nyi Ageng Arem-Arem. 

Pintu masuk Pesarean Nyi Ageng Pinatih (sumber: dokumen pribadi)
Pintu masuk Pesarean Nyi Ageng Pinatih (sumber: dokumen pribadi)

Rute perjalanan ngabuburit saya berakhir di Nyi Ageng Pinatih. Ambil arah utara, lewati SMP Negeri 2 Gresik hingga temukan persimpangan tiga, lurus, dan alhamdulillah tepat waktu saya jemput anak-anak ngaji.

Perjalanan ngabuburit ala wisata religi dan Gresik Heritage selama satu jam setengah terlewati. Delapan lokasi nan sangat memukau. 

Oleh-oleh 1,5 jam ini akan saya tularkan kepada anggota Macan. Meskipun mereka mayoritas penduduk asli Gresik yang berbeda dengan saya. Namun, terkadang warga Gresik sendiri belum bahkan sedikit yang tertarik mengenal sejarahnya.

Mari jangan lelah untuk gali sejarah dan gaungkan budaya lokal Gresik. Demikian, secuil kisah ngabuburit saya semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun