Kebetulan pesantren anak-anak ngaji tepat di Jalan KH. Kholil. Lokasi Pondok Pesantren Al Abror ini sederet dengan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.
Sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima jajakan takjil. Saya tidak begitu tertarik untuk keliling mencari takjil. Saya lebih memilih berkelana kota. Kurang lebih 500 meter dari Jalan KH Kholil, wisata Gresik Heritage bisa dinikmati. Kira-kira kemana saya akan bertandang?
a. Jalan Nyi Ageng Arem-Arem
Dari Al Abror saya ambil arah selatan menyusuri jalan Nyi Ageng Arem-Arem. Siapa sangka sepanjang jalan itu suguhkan suasana vintage dimulai dari rumah Gajah Mungkur.Â
Pekarangan rumah dipadati tumbuhan bonsai. Burung peliharaannya pun nampak banyak. Rumah gaya kolonial yang masih terjaga keasliaanya itu termasuk salah satu cagar budaya Gresik.Â
Ikonik rumah Gajah Mungkur menjadi daya magnet tersendiri bagi para pejabat maupun wisatawan dari dalam dan luar Jawa Timur untuk nyambangi. Apalagi penerus rumah Gajah Mungkur seorang budayawan sekaligus pebisnis batik khas Gresik.
Udeng Sisik Bandeng salah satu produk andalan khas gaya Gresikan. Saya hanya sempat melewatinya. Lampiran foto di bawah kenangan ketika saya singgah sebentar untuk keperluan konsumen.Â
Gambar yang tertera saya memakai udeng hanya sebagai contoh saja (diperlihatkan kepada panitia acara lokakarya Guru Penggerak). Karena sejatinya udeng dikenakan laki-laki.
Dari rumah Gajah Mungkur saya menuju barat lalu belok kanan. Terdapat gapuro tertuliskan Kampung Kemasan. Di zamannya kampung ini terkenal elit. Nyata terlihat dari kanan kiri bangunan yang tersisa menyimbolkan kemewahan.
Bangunan rumah memiliki ciri arsitektur Eropa pada pilar-pilar, jendela, dan pintu yang besar, serta ornamen dinding. Sementara itu, gaya arsitektur Cina terlihat pada atap dan penggunaan warna merah.Â