Gemerlap lampu di sore hari serta hiruk pikuk orang-orang nongkrong maupun kegiatan jual beli di area kuno tersebut. Bangunan-bangunan sejarah itu diantaranya kantor pos lama, rumah tahfiz, D'Lodji, rumah dinas Wakil Bupati Gresik, Polsek Gresik, sumur tua.Â
Di luar ramadan, Bandar Grissee menjadi jujukan favorit ngopi kawula muda. Saya tidak sempat mengabadikan foto, karena waktu itu macet sebab ada penutupan jalan.
c. Alun-alun
Bertolak dari Bandar Grissee, saya ambil arah barat menuju alun-alun Gresik. Kondisi kendaraan merambat di jalan Wachid Hasyim itu semakin riuh.Â
Dilengkapi sport area, aneka jajanan takjil, odong-odong, kereta kelinci,nampaknya alun-alun tempat lepaskan penat bagi sebagian besar masyarakat Gresik dan sekitarnya untuk menunggu waktu azan. Tepat di seberang alun-alun bagian utara berdiri masjid jamik.Â
Setelah berbelanja takjil di alun-alun, pengunjung dimudahkan dalam salat mahrib. Ambil lima langkah, kita sudah berada di pelataran masjid jamik. Saya pun tak berhasil ambil gambar kedua lokasi tersebut. Karena terburu waktu untuk lanjutkan safari ngabuburit ke arah selatan.
c. Gereja Pantekosta
Bergeser ke Jalan Setia Budi, saya temukan bangunan tepat di sebelah selatan alun-alun. Rumah ibadah umat nasrani ini jika diperhatikan dari luar nampak tidak begitu luas.Â